Doa Nabi di Thaif
Heri Kustanto menerangkan, ketika Nabi Muhammad dan beberapa sahabatnya hijrah dan berdakwah di Thaif, alih-alih mendapatkan sambutan yang hangat, beliau malah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan: dicaci maki, bahkan dilempari batu sampai terluka.
“Tapi bukannya membalas, Muhammad malah mendoakan mereka,” ujarnya.
Begini doa Rasulullah:
Ya Allah aku mengadukan kekuranganku serta kehinaanku di hadapan manusia kepada-Mu. Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang melindungi si lemah, dan Engkaulah pelindungku.
Kepada siapa kuserahkan diriku? Kepada orang jauh yang berwajah buram kepadaku, atau kepada musuh yang menguasai diriku? Aku tidak peduli selama Engkau tidak murka kepadaku.
Sungguh luas kenikmatan yang engkau berikan kepadaku. Aku berlindung kepada nur wajah-Mu yang menyinari kegelapan dan membawa kebajikan kepada dunia dan akhirat.
Jangan engkau timpakan kemurkaan-Mu kepadaku. Engkau yang berhak menegur kepadaku. Dan tiada daya dan upaya, kecuali bersama Engkau ya Allah.
“Sungguh doa yang luar biasa dari Rasulullah dan Jibril yang menyaksikan kejadian tersebut tidak terima,” kata Heri.
Allah kemudian mengutus Jibril dan menyampaikan kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, Allah Mengetahui apa yang telah terjadi, di antara kamu dan penduduk kota Thaif.”
“Allah telah menyediakan malaikat di gunung-gunung untuk menjalankan perintahmu. Jika engkau mau, malaikat-malaikat itu akan menabrakkan gunung-gunung ini sehingga mereka binasa. Atau engkau sebutkan apa maumu untuk menghukum penduduk Thaif itu?” terang Heri.
Mendengar pernyataan Jibril, Rasulullah terkejut kemudian beliau berkata: “Walaupun orang-orang ini tidak beriman terhadap ajaran Islam, tidaklah mengapa. Aku berharap dengan kehendak Allah, anak-anak mereka pada suatu hari akan menyembah dan berbakti kepada Allah.”
Ini, kata Heri, adalah ajaran optimisme yang luar biasa dari Rasulullah. Bahwa dalam berdakwah menyebarkan ajaran Islam, seorang pendakwah tidak boleh mudah berputus asa karena merasa tidak berhasil.
“Justru sebaliknya, dalam berdakwah harus diiringi dengan sikap optimis, bahwa pertolongan Allah akan datang,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni