Kekuatan Doa Itu
Di sebuah sore, setelah beberapa hari di Pamekasan. Saat itu saya dan ibu duduk di sofa yang sama di ruang keluarga depan. Ketika itu, tiba-tiba saya ingat bahwa bacaan al-Fatihah punya keutamaan yaitu bisa menjadi media penyembuh seseorang yang sakit.
Bahwa, dalam khazanah Islam, tersedia media penyembuhan yang tergolong utama yaitu Surat al-Fatihah. Terkait ini, ada hadits riwayat Bukhari yang bersumber dari Abu Said Al-Khudri RA, seperti berikut ini.
“Pada suatu hari, kami bersama-sama dalam perjalanan dan bermalam di satu dusun. Datang kepada kami seorang budak perempuan dan berkata: ‘Sesungguhnya Kepala Desa ini sakit dan tak seorang pun di antara kami yang dapat mengobatinya. Adakah di antara Anda yang dapat mengobatinya?’
Salah seorang dari rombongan kami berdiri dan mengikuti budak tadi. Kami tidak mengira bahwa dia dapat menjadi tabib. Si sakit lalu dimanterainya dan sembuh. Kepadanya lalu diberi hadiah tiga puluh ekor kambing dan kepada kami disuguhkan susu.
Ketika dia kembali, kami bertanya: ‘Apakah engkau membolehkan mantera dan apakah engkau tukang mantera?’ Dia menjawab, ‘Tidak, saya bukan tukang mantera, tetapi saya hanya membacakan Ummul Kitab (al-Fatihah).’ Kami katakan: ‘Kejadian ini jangan dikabarkan kepada siapapun, sebelum kita tanyakan kepada Rasulullah SAW lebih dahulu.’
Sesudah kami sampai di Kota Madinah, kami datangi Rasulullah SAW dan kami ceritakan kejadian itu. Rasulullah SAW lalu bersabda: ‘Siapa tahu bahwa Surah itu (al-Fatihah) adalah mantera (obat). Bagilah hadiah itu dan berikan saya sebagian darinya’.”
Doa Ibu dan Ayah
Atas adanya dua hal (yaitu keluhan di kepala di satu sisi dan keutamaan al-Fatihah di sisi lain), saya lalu raih tangan kanan ibu. Saya cium tangan beliau sambil saya sampaikan permohonan maaf.
“Ibu, mohon ibu berkenan mendoakan saya,” kata saya lebih lanjut. Lalu saya lengkapi dengan penjelasan atas keluhan saya.
“Mohon ibu mendoakan saya dengan bacaan al-Fatihah,” pinta saya.
“Tentu Nak, bismillah,” respons ibu.
Selanjutnya, tangan kanan ibu yang belum saya lepas sejak saya cium tadi, saya letakkan di kepala saya di posisi yang sering saya rasakan “sakit” pascakecelakaan itu. Ibu lalu berdoa, termasuk dengan bacaan al-Fatihah dan shalawat Nabi.
Di malam harinya, hal yang sama saya ulang, tapi dengan ayah. Waktu itu, tengah malam, saya terbangun. Saya perlu ke kamar mandi. Untuk itu harus melewati ruang keluarga belakang.
Saat itu, saya melihat ayah sedang menyaksikan televisi siaran langsung shalat Tarawih dari Masjid al-Haram. Ayah memang punya kebiasaan, bertahun-tahun, yaitu rajin melihat acara itu.
Keluar dari kamar mandi, saya dekati ayah dan bersimpuh di dekat beliau. Sama dengan ibu di sorenya, saya raih tangan kanan ayah dan saya cium sambil meminta maaf.
Selanjutnya, saya meminta beliau mendoakan saya termasuk dengan bacaan al-Fatihah. Persis, seperti sorenya dengan ibu, ayah mendoakan saya dengan tangan kanan beliau memegangi bagian kepala saya di posisi yang sering “sakit”.
Alhamdulillah, yang saya rasakan, sejak itu tak ada lagi keluhan. Tak ada, sampai sekarang di tahun 2022.
Alhamdulillah, hal lain, kemampuan memori saya juga pulih. Memori sempat terganggu, sejak kecelakaan di tahun 2000 itu sampai sekitar satu bulan setelahnya. Alhamdulillah, Allahu Akbar! (*)
Doa Al-Fatihah Orangtua Tuntaskan Kesembuhan Saya; Editor Mohammad Nurfatoni