Sensasi Air Panas di Wisata Pemandian Brumbun Paciran, liputan Anshori kontributor PWMU.CO
PWMU.CO – Wisata pemandian air panas Brumbun masih minim sentuhan. Kesan itu beberapa kali terbesit dalam pikiran. Terakhir, saat jalan-jalan liburan Idul Fitri, Sabtu (7/5/22), bersama istri dan anak. Kesan itu masih terus mengelayuti dalam pikiran.
“Mengapa obyek wisaya sepotensial ini tidak digenjot pembangunan dan promosinya?” tanya dalam batin. “Eman, eman,” gumamku dalam hati.
Tempat wisata yang terletak di Desa Kranji kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan ini, satu jalur dengan komplek wisata makam Sunan Drajat. Prakiraan, jaraknya kurang dari 1 km. Dengan wisata Wisata Bahari Lamongan (WBL) juga masih berdekatan, kira-kira 2-3 km.
Wisata pemandian air panas Brumbun, posisi tepatnya berada di tengah hutan jati. Wisatawan bisa mengunjunginya setalah memasuki tugu masuk wisata—yang baru selesai dibangun, lalu melewati jalan beton—dengan menyisakan 50an meter masih berupa urukan tanah.
Disuguhi Pemandangan Sawah
Saat melewati jalanan beton, pengunjung akan disuguhi pemandangan sawah dengan tetumbuhan berbagai macam tanaman palawija. Di setiap tepi petaknya, tubuh dengan hijaunya deretan rumput gajah—makanan sapi, beserta kelompok tumbuhan bambu, orang menyebutnya barongan.
Berkunjung ke wisata Brumbun sebenarnya sangat sering—sejak masa kecil. Saat masih belajar tingkat ibtidaiyah. Biasanya, pembina ekstra kepanduan (Hizbul Wathan/pramuka) sering mengajak latihan ke lokasi wisata itu.
Tempatnya yang masih asri, alami. Dipenuhi pepohonan jati. Besar-besar batangnya, tandanya sudah lama dan tua usianya. Tampak kedua tangan tidak cukup menjangkau lingkar ukuran diameter batangnya.
Kontur tanahnya yang berbatu dan berbukit semakin menamba kesan alami dan menantang nyali bagi yang suka petualangan. Meskipun ikon utama yang ditawarkan, sumber air panas sebagai bintangnya. Sewaktu masih kecil. Konsep tempat pemandian air panas ini masih sederhana dan dibiarkan alami. Kini ada sedikit pengubahan. Tempat pemandian utama dibangun bertembok dan berkeramik, dengan pembagian laki-laki dan perempuan—konsep dan posisinya sama.
Kolam Renang
Penambahan lain, dibangun kolam renang untuk orang dewasa dan anak-anak. Persis di sebelah timur lokasi pemandian utama.
Perbedaan lain yang tampak. Dulu sumber air panas dibiarkan mengalir secara alami mengisi kolam yang ada. Namun kini posisi sumber utama air panas diberi peringatan—tidak sembarang orang boleh mendekat. Dengan sumber air panasnya dilewatkan pipa menuju ke kolam-kolam.
Ditambah pula beberapa bangunan di barat, tengah dan timur lokasi untuk ganti pakaian dan membersihkan badan (berbilas) selesai mandi di kolam. Juga beberapa warung disekitar lokasi wisata.
Sensasi Air Panas
Kebanyakan orang mengunjungi wisata Brumbun untuk merasakan sensasi air panasnya. Tidak terlalu panas, cukup hangat dan cocok untuk semua usia. Yang pasti pengunjung tidak akan kepanasan.
Banyak pengunjung menyakini bagi yang mempunyai penyakit kulit atau lainnya, bisa sembuh setelah mandi di tempat wisata Brumbun. Secara medis memang logis. Sumber air panas dari dalam bumi mengandung unsur belerang. Dan diketahui jika belerang bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit atau lainnya.
Saat wawancara dengan salah satu penjaga lokasi wisata (satpam)—yang tidak bisa disebut namanya. Ia mengatakan perkembangan wisata Brumbun ini tidak bisa seperti wisata tetangga (sekitar). Hal ini disebabkan pola pengelolahannya berbeda.
Jika lokasi wisata tetangga diambil alih dan dikelolah oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab), maka Brumbun dipertahankan dikelolah swadaya Pemerintah Desa (Pemdes). Itu salah satu alasan mengapa Wisata Brumbun lamban perkembangannya dibanding dengan tempat wisata tetangga lainnya.
Pemdes Kranji mempertahankan pengelolahan Brumbun dengan bertimbangan agar masyarakat sekitar dapat mengambil manfaat semaksimal mungkin. Meskipun di sisi lain, progres perkembangan tempat wisata minim—ala kadarnya.
Dari wawancara yang didapat. Pendanaan untuk pembangunan wisata Brumbun sementara dari pengalokasian Dana Desa (DD) yang itu pun masih minim adanya. Minimnya pengalokasian DD, karena Desa Kranji terdiri beberapa wilayah padukuan. Sehingga DD yang diperoleh Pemdes Kranji harus dibagi beberapa pedukuan. Bisa dibayangkan berapa kira-kira peruntukan untuk pengembangan tempat wisata Brumbun.
Program Desa
Di sisi lain tentu banyak juga proyek atau program desa Kranji lainnya yang harus mendapatkan porsi pengalokasian DD juga. Bagaimana pendapatan asli dari Wisata Brumbun selama ini. Sejauh ini hasil dari karcis masuk dan bagi hasil dari beberapa fasilitas yang ada di lokasi wisata belum maksimal.
Perlu diketahui, karcis masuk ke Brumbun hanya Rp 5 ribu/orang. Sedang untuk rombongan hanya dihitung borongan. Tentu minim pandapatan yang diperoleh. Apalagi tingkat kunjungan rata-rata masih minim. Pengunjung paling ramai hanya ketika momen liburan besar. Hari biasa sepih, hanya beberapa pengunjung. Bahkan ada momen tidak dapat pemasukan sama sekali.
“Orang bilang, Brumbun itu tempat wisata murah meriah, buat orang tingkat ekonomi menengah bawah, wong deso,” Kkata satpam, sambil tertawa.
Pendapatan yang diperoleh hanya cukup untuk operasional dan menggaji karyawan pengelolaan tempat wisata. Itu pun kalau dipikir secala logis dengan tingkat kebutuhan saat ini tentu tidak cukup. Para pengelola yang bekerja di tempat wisata ini masih menggantungkan penghasilan (sambilan) dari tempat/sumber lain.
Kalau pengelolaan diambil alih Pemkab, tentu seluruh kebijakan dimiliki mereka. Termasuk penentuan tenaga kerja. Pemdes khawatir nanti masyarakat lokal terpinggirkan, tergantikan oleh masyarakat luar alias orang lain.
Artinya, yang mestinya masyarakat Kranji sebagai pemilik asli Wiisata Brumbun tidak ikut merasakan manfaat atas kepemilikannya. Sebaliknya masyarakat lain, orang luar yang menikmati. Itu yang dikhawatirkan masyarakat Kranji umumnya.
Apakah tidak bisa dikompromikan? Pengelolaan diambil alih oleh Pemkab dengan penjanjian, tanpa meninggalkan peran serta tenaga kerja masyakat lokal. Apakah pengalaman wisata sekitar menjadikan trauma tersendiri bagi masyarakat Kranji sehingga berat melepas pengelolaan pada Pemkab?
Progres Pembangunan
Pengelolaan Pemkab tentu menjanjikan progres pembangunan yang maksimal. Apalagi didukung dengan marketing (pemasaran) yang handal tentu akan menjadikan perkembangan Wisata Brumbun sangat cepat. Masyarakat luas akan semakin banyak yang tahu dan mengunjunginya.
Namun setelah pendapatan Wisata Brumbun sudah besar. Apakah ada jaminan Pemdes dan masyarakat lokal Kranji turut menikmati tanpa terpinggirkan? Masih banyak fasilitas Wisata brumbun yang perlu mendapatkan perhatian dan sentuhan sehingga tempat wisata ini menjadi rujukan spot wisata favorit bagi masyarakat luas.
Jalan akses ke lokasi masih perlu perbaikan. Penambahan berbagai spot foto yang menarik juga perlu ditambah dan dipercantik. Kebersihan tentunya yang utama. Baik kolam utama maupun tambahan. Begitu juga kamar mandi untuk berbilas atau ganti pakaian mutlak terjaga kebersihannya.
Penambahan tempat istirahat atau duduk semacam gajebo perlu diperbanyak. Apalagi lokasi masih luas dan banyak spot tempat yang menarik. Wahana outbond juga diaktifkan dan perlu perbaikan dan penambahan.
Apalagi bila ada tim yang bertugas membersihkan sampah dedaunan pohan jati yang jatuh mengering di tanah. Tentu akan semakin mempercantik dan menambah kerasan pengunjung berlama-lama dan kembali lagi dengan mengajak keluarga beserta teman lainnya.
Penataan warung yang menyediakan jajanan, makan serta ole-ole juga mutlak diperhatikan sehingga semakin melengkapi fasilitas yang ada di wisata air panas Brumbun Kranji, Paciran, Lamongan. Brumbun, tempat wisata potensial, namun belum termaksimalkan. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni