Luaskan Pergerakan Misi Aisyiyah
Idha juga mengingatkan 12 misi Aisyiyah yang diwujudkan dalam bentuk amal usaha, program, dan kegiatan. Di antaranya, “Menanamkan keyakinan, memperdalam dan memperluas pemahaman, meningkatkan pengamalan serta menyebarluaskan ajaran islam dalam segala aspek.”
Berkaitan dengan misi selanjutnya, dia mengingatkan semangat ibadah, jihad, zakat, infak, dan shadaqah di tengah godaan kemudahan berbelanja saat ini yang tanpa berpindah tempat pun sudah bisa bertransaksi jual-beli.
Idha juga mengimbau Pimpinan Ranting UMG untuk bisa menopang misi meningkatkan pendidikan, memperluas ilmu pengetahuan dan teknolog, serta menggerakkan penelitian.
Terkait menjaga kelestarian lingkungan, dia juga mengingatkan itu bagian ladang dakwah Aisyiyah. “Kadang kita gak aware. Seolah ruang gerak dakwah kita seputar pengajian saja. Padahal Aisyiyah bisa bergerak di semua bidang, ada sembilan bidang. Tapi belum semua cabang menjalankan semua bidang secara optimal,” imbuhnya.
Dia lantas menerangkan, sebenarnya di Aisyiyah ada enam majelis dan dua lembaga. “Majelis Lingkungan Hidup dicover Majelis Kesehatan. Mudah-mudahan di Musyda 2023 bisa melahirkan lembaga yang belum ada,” ujarnya.
Seperti di antaranya Majelis Lingkungan Hidup dan Penanganan Bencana, juga Majelis Hukum dan HAM. “Mudah-mudahan ke depannya cabang bisa membentuk majelis itu sehingga kinerja yang lebih baik,” harapnya.
Bina Angkatan Muda Putri
Idha pun menyampaikan misi Aisyiyah membina Angkatan Muda Muhammadiyah putri untuk menjadi pelopor, pelangsung, dan penyempurna gerakan Aisyiyah. “Kalau ada NA, tapak suci, itu kewajiban kita membina,” tuturnya.
Menurutnya, sejauh ini masih krisis kader putri. “Itu suatu ancaman bagi Aisyiyah. Kalau kita nggak punya kader angkatan muda putri, bagaimana kelangsungan aisyiyah kedepannya?” ujarnya.
Dalam pandangannya, Majelis Pembinaan Kader bisa menjadi peran strategis untuk mengader. “Ada kader-kader persyarikatan yang mengabdikan diri di tempat lain, tidak sebagai struktural, tapi memberi support luar biasa bagi kader struktural,” ujarnya, begitupula sebaliknya.
Status Ortom Khusus
Dia juga mengungkap status Aisyiyah sebagai organisasi otonom khusus persyarikatan Muhammadiyah, sehingga kedudukan Aisyiyah berbeda dengan Nasyiah, Pemuda, dan IPM.
“AUM yang diselenggarakan Muhammadiyah, Aisyah boleh menyelenggarakan. Kalau (Aisyiyah) bikin rumah sakit atau sekolah sendiri boleh, walau itu sudah menjadi Amal Usaha Muhammadiyah,” ujarnya.
Dia meluruskan, sebenarnya bukan Aisyiyah khusus mengurus BKIA sedangkan Muhammadiyah mengurus rumah sakit. Sebab, ini bergantung kemampuan dan sumber daya yang Aisyiyah miliki. “Kita juga bisa mengelola rumah sakit. Seperti Rumah Sakit Aisyiyah ponorogo,” contohnya.
Akhirnya, Idha memaparkan potret Aisyiyah berkemajuan yang meliputi aspek membebaskan, memberdayakan, dan mencerahkan. “Membebaskan berarti meningkatkan derajat masyarakat secara ekonomi dan pendidikan sehingga mampu keluar dari penindasan,” jelasnya.
Adapun memberdayakan berarti mampu mandiri tidak hanya untuk diri sendiri, tapi juga keluarga dan masyarakat sekitarnya. Terkahir, mencerahkan, maksudnya Aisyiyah bisa melahirkan ide-ide baru, memberikan inspirasi yang memajukan, inovasi mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai dan identitas diri.
Dia yakin, “Banyak potensi yang bisa dimaksimalkan di sini. Terutama dengan menggandeng ibu guru di SD, SMP maupun SMA.” (*)
Editor Mohammad Nurfatoni