PWMU.CO– Rutinitas hidup membuat orang kehilangan kesadaran diri. Padahal hidup bukan sekadar otomatisasi.
Demikian disampaikan oleh Mohamad Su’ud dalam pengajian halal bihalal yang diselenggarakan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngimbang Lamongan, Jumat (20/5/2022).
Dalam pengajian tersebut, Kang Ud, panggilan di media sosial, memberikan materi Menggali Rasa.
Rutinitas hidup membuat kesadaran tumpul sehingga mati rasa. Karena itu perlu digali lagi. ”Ribuan kali kita minum dan makan, berapa kali kita melakukan dengan kesadaran? Kebanyakan dari kita sekadar melampiaskan lapar dan haus, tanpa menyertakan hati dan rasa untuk menikmatinya,” kata Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan ini.
Pengisi konseling remaja Radio Prameswara FM ini mengajak kepada 50 peserta pengajian agar melakukan kegiatan apapun di rumah, di kantor, di sawah, berkendaraan, dan sebagainya selalu dalam rasa.
”Apa yang terjadi pada diri kita bukan kebetulan. Semua skenario indah dari Allah, baik yang manis atau pahit. Kalau tidak kita sadari akan menyebabkan kecewa dan menyalahkan orang lain,” tandas Kang Ud.
Menurut dia, melibatkan perasaan yang terhubung setiap aktivitas dapat meningkatkan syukur yang besar kepada Allah. Kalau kita menganggap yang kita lakukan itu kebetulan, tidak akan tumbuh getaran dalam jiwa. Misal, kita sedang minum, kalau hanya menghilangkan haus maka semua orang bisa minum, tapi kalau kita minum sambil merasakan syukur kepada Allah, sambil sekali-kali membayangkan orang di rumah sakit yang minum dengan dibantu alat, maka ada makna di dalamnya.
”Inilah yang menjadi pembeda orang beriman dan kafir,” tandas Direktur Lembaga Pengembangan Taman Pendidikan al-Quran (LPTPA) Muhammadiyah Jawa Timur ini.
Energi Batin
”Sudahkah kita melakukan keseharian dengan penuh rasa?” tanya Kang Ud. Dia menjelaskan, agar kegiatan harian memiliki energi batin, maka harus dilakukan dengan perencanaan, tidak tergesa-gesa.
”Bukan sekadar cepat sampai finish, tapi apakah kita melakukannya dengan rasa gembira, senang dan tulus,” lanjutnya.
Kang Ud mencontohkan, waktu minum dan makan tidak tergesa-gesa, di situ ada syukur bila dipahami.
Energi datang ketika kita menyertakan Allah di dalamnya. ”Ada yang sering terlupa. Kita mau duduk lupa membaca basmallah, mau berdiri lupa Allah, mau berjalan tidak ingat Allah. Basmallah adalah ucapan jeda yang bisa menarik magnet, sehingga rutinitas menjadi powerfull,” tandas Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PD IPM) Lamongan periode 1996-1998 ini.
Dia kembali mengingatkan, bila rutinitas sudah mulai hampa dan timbul jenuh itu pertanda hilangnya rasa di dalamnya. ”Mulai lakukan introspeksi dan ajukan sejumlah pertanyaan terhadap aktivitas yang dilakukan. Apakah tujuannya, untuk siapa, apa manfaatnya, sudahkan ikhlas karena Allah,” ujar pria asal Desa Mojorejo kecamatan Modo ini.
Penulis Mohamad Su’ud Editor Sugeng Purwanto