Merasa Lega
Faris yang duduk di kelas VII ICP 1 merasa lega dapat menyelesaikan IPT. Tiap hari siswa yang hobi bermain raket (badminton) ini menambah satu jam khusus fokus persiapan IPT, khususnya memahami english special purpose untuk mata pelajaran Science dan Math. Terlebih untuk tahun 2022 ini, soal English for Second Language (ESL) bertambah satu paper menjadi tiga paper yang meliputi Paper 1 (Reading and use of english), paper 2 (listening) dan paper 3 (writing).
“Menantang dan menyenangkan IPT nya, yang diperlukan memahami kosakata Bahasa Inggrisnya,” katanya saat diwawancarai PWMU.CO melalui WhatsApp Kamis, (26/5/2022).
Berbeda dengan Faris, tantangan lain dihadapi oleh Delisha. Dia harus mengerjakan tes akhir tahun Kurikulum Cambridge pertama kalinya ini kala dini hari menjelamg Subuh. Adanya selisih sekitar lima jam antara waktu Indonesia timur (WIT) dengan Jerman. Sehingga pada pukul 02.00 CEST (Central European Summer Time), Delisha sudah bangun dan bersiap mengikutu kegiatan pembiasaan pagi seperti tadarus dan motivasi atau breafing. Selanjutnya pukul 03.00 CEST atau 08.00 WIB mulai mengerjakan soal IPTnya.
Siswa yang duduk di kelas VII ICP 2 ini merasa sudah terbiasa dengan pola waktu belajar seperti ini, sebagaimana waktu pembelajaran biasanya yang ia jalankan setahun bersama Spemdalas selama ini.
Untuk persiapan ujian Cambridge ini Delisha secara mandiri belajar dengan mengulang dan mereview materi yang diberikan oleh ustadz dan ustdzah pengajar dari Spemdalas.
Sementara itu, Lyla Rachmaningtyas SE, ibunda Delisha, menyampaikan kebersyukuranya karena pelaksanaan IPT yang dijalankan anaknya berjalan lancar. “Alhamdulillah tidak ada kendala dan IPT berlangsung lancar, apalagi memfasilitasi siswa seperti Delisha, insyaallah dia sudah mandiri,” ucapnya.
Dihubungi secara terpisah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Pengembangan Pendidikan Jamilah SSi MPd menerangkan sejak awal masuk bergabung di Spemdalas, Delisha secara aktif mengikuti pembelajaran jarak jauh dari Jerman. Baik pembelajaran langsung secara online maupun mengakses melalui Learning Managemen System (LMS) sekolah. Delisha mengikuti ibundanya yang sedang menempuh pendidikan doktoral (S3) di Jerman.
Sedangkan Faris harus mengikuti pindah kerja ayahnya ke Jakarta. Meskipun demikian, Faris beserta keluarga tetap memilih Spemdalas sebagai tempat untuk bersekolah formalnya dan tidak memilih jalur mutasi keluar. “Hal utama yang menjadi pertimbangan orangtuanya, karena Spemdalas memiliki layanan pembelajaran virtualclassnya,” katanya menirukan penjelasan ayah Faris. (*)
Editor Mohammad Nurfathoni