PWMU.CO— Pancasila produk umat Islam, termasuk di dalamnya peran tokoh-tokoh Muhammadiyah ikut merumuskan di Panitia Sembilan dan BPUPKI.
Demikian disampaikan oleh Prof Dr H. Zainuddin Maliki MSi dalam kegiatan Sosialisasi 4 Pilar Kebangsaan Wujudkan Kedaulatan Bangsa di Pujon Malang, Kamis (26/5/2022).
Kegiatan dihadiri 250 peserta berasal dari unsur Kepala Sekolah Muhammadiyah dan Majelis Dikdasmen se-Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Menurut Zainuddin, tokoh Muhammadiyah dari awal berdirinya Republik Indonesia sudah terlibat dalam proses politik, buktinya dokumen sepenting Pancasila mendapat sentuhan beberapa tokoh Muhammadiyah.
“Mengapa Muhammadiyah dalam perjalanannya kurang dekat dengan politik, padahal di awal kemerdekaan, UUD 1945 dan Pancasila adalah produk Muhammadiyah,” ujar anggota DPR RI Dapil X, Lamongan-Gresik, ini.
Pria kelahiran Tulungagung ini menjelaskan, salah satu faktor dominan mengapa Muhammadiyah terkesan alergi politik, karena ini bagian dari political engagement, mengambil jarak dengan politik, karena politik itu dianggap kotor.
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya periode 2003-2007 dan 2007-2011, ini menyadari, ada dua hal positif yang apabila Muhammadiyah mengambil jarak dengan politik, yaitu lebih konsentrasi dan berhikmat di bidang pendidikan, sosial, filantropi. “Muhammadiyah menunjukkan sebagai Persyarikatan,” tandasnya.
Politik Berkerumun
“Muhammadiyah berpolitik masih berkerumun, berhimpun di satu tempat, tapi membuka lapak sendiri-sendiri,” tegas Ketua Dewan Pendidikan Propinsi Jawa Timur 2008-2011 dan 2011-2014.
Zainuddin menyadari, mengapa ini terjadi, karena jiwa Muhammadiyah masih terbawa dengan spirit Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari Hidup di Muhammadiyah. “Anggota, baru merasa Muhammadiyah kalau bisa memberi dan menyantuni orang lain,” katanya.
Jiwa Muhammadiyah, papar Zainuddin, terbiasa dengan doktrin Al-Ma’un, terbiasa dengan memberi, maka hal ini masih terbawa.
Bukti Muhammadiyah daya berserikatnya sangat tinggi, cerita Zainuddin, saat menjadi anggota BPH Intitut Studi Islam Muhammadiyah, Pacitan, ingin membangun dan membangkitkan, diadakan rapat bersama beberapa rektor Universitas Muhammadiyah dan Dikti Muhammadiyah Pusat. Dalam semalam terkumpul dana Rp 5 miliar. “Ini bukti Muhammadiyah masih sangat ampuh dalam berserikat,” jelas penulis buku Penaklukan Negara atas Rakyat, 1999.
Zainuddin juga mengingatkan lagi, kalau kekuasaan di tangan orang-orang yang tidak berpihak Islam, maka undang-undang, distribusi alokasi kekuasaan dan distribusi alokasi anggaran akan dikendalikan oleh oligarki dan pemilik modal.
Penulis Mohamad Su’ud Editor Sugeng Purwanto