Fatkhul Qulub di Diksuspala Special Edition, Begini Materinya; Liputan Ahmad Qori’ Ulul Albab, kontributor PWMU.CO Kota Probolinggo.
PWMU.CO – Para peserta Pendidikan Khusus Kepala Sekolah (Diksuspala) melaksanakan qiyamul lail dengan khusyuk di Hall Room, Ubaya Training Center, Selasa (31/5/2022). Kegiatan ini merupakan bagian dari Fatkhul Qulub.
Sebanyak 120 (calon) kepala sekolah Muhammadiyah mengikuti kegiatan Diksuspala Special Edition 2022 yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Karakter Pemimpin
Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim Dr Muhammad Sholihin Fanani M PSDM berkesempatan menjadi nara sumber untuk kegiatan Fathul Qulub, Ahad (29/05/2022). Para peserta memulainya dengan qiyamul lail berjamaah, kultum dari salah satu peserta, dan ditutup dengan doa majelis Fathul Qulub.
Sholihin menyampaikan lima karakter yang harus dimiliki oleh (calon) kepala sekolah, yaitu, pertama ulama. Pemimpin itu harus menjadi teladan bagi anggotanya. Dia teringat ketika momen berpamitan kepada ayahnya, saat diangkat menjadi Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya beberapa tahun lalu.
“Le, wong Muhammadiyah iku akidahe koyok ngene (Nak, Muhammadiyah itu akidahnya seperti ini),” ujar ayahnya sembari menunjuk ke arah tiang listrik di luar rumah.
“Ora oleh menceng, opo neh ambruk. Iso mencelakai orang di sekitarnya jika ambruk kemudian nyetrum (tidak boleh bengkok apalagi ambruk; bisa mencelakai orang di sekitarnya jika amburk mengalirkan strum listrik),” imbuhnya ayahnya pada Sholihin.
Kedua, zumara. Yaitu pemimpin harus bisa mengelola atau me-manage apa yang dipimpinnya dengan baik. Ketiga, aghniya, pemimpin harus dermawan dalam mengapresiasi usaha anggotanya.
Keempat, auliya. Pemimpin harus menjadi yang terdepan. Dan kelima adalah anbiya. Seorang pemimpin harus berakhlak seperti Nabi Muhammad SAW.
Dengan lima karakter itu Sholhin berharap (calon) kepala sekolah yang ditempa di pendidikan khusus ini mampu memiliki kesadaran untuk bekerja secara kolektif, humanis dalam memperlakukan rekan kerja, selalu meningkatkan iman dan takwa, bermoral, serta bekerja secara profesional.
Sholihin mengaku pernah diberi pesan Anggota DPR RI Zainudin Maliki, “Kalau jadi orang Muhammadiyah apalagi pimpinan (kepala sekolah), dijaga moralnya. Kalau sampai tercoreng sekali, maka selamanya tidak akan terpilih lagi,”
Baca sambungan di halaman 2: Etika Pemimpin