Semakin banyak memberi guru, maka sekolah akan semakin maju. Liputan Luqman Wahyudi, kontributor PWMU.CO Kabupaten Pasuruan.
PWMU.CO – Pengajian Forum Guru Muhammadiyah (FGM) Cabang Pandaan edisi bulan Mei 2022 menghadirkan Ustadz Dr Muhammad Sholihin Fanani MPSDM, dari Surabaya. Pengajian ini dimulai pukul 08.00 sampai 10.00 WIB, bertempat di Masjid Al-Jauharah, Perguruan Muhammadiyah 3 Pandaan.
Dalam kesempatan ini, Ustadz Sholihin, sapaan akrabnya, menyampaikan materi bertema “Meneguhkan Kembali Ideologi Bermuhammadiyah”. Menurut Ketua Majelis Tabligh PWM Jatim ini, materi tersebut sangat penting bagi warga Persyarikatan Muhammadiyah, terutama yang terjun di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM).
Sholihin juga menjelaskan, untuk meneguhkan kembali ideologi bermuhammadiyah, maka kita harus bangkitkan apa yang dinamakan Inner Dinamic Muhammadiyah, yang pertama adalah ruhul jihad.
Dalam Surat at-Taubah ayat 20, Allah memberikan perintah bagi orang-orang mukmin untuk berjihad.
اَلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْۙ اَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْفَاۤىِٕزُوْنَ
“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang memperoleh kemenangan.”
Merawat Ruhul Jihad
Sholihin Fanani menjelaskan, kita yang berjuang melalui AUM harus merawat ruhul jihad ini agar tidak mati. “Apabila ruhul jihad kita hidup maka perjuangan kita akan selalu tegar dan tidak gampang menyerah dalam menghadapi beragam persoalan. Apabila ada persoalan-persoalan, maka mintalah jalan keluarnya kepada Allah, insyaallah selesai,” ujarnya.
Kedua, kata dia, adalah nilai-nilai Islam. Menurutnya, nilai-nilai Islam harus ditegakkan dalam meneguhkan kembali ideologi bermuhammadiyah. Itulah kekuatan kita, apabila kita tidak bisa mempertahankan dan melangsungkan nilai-nilai Islam, maka kita akan hancur.
“Misalnya, Muhammadiyah itu memerangi tahayyul, bid’ah dan khurafat, ketika kita melakukan hal yang diperangi tersebut, maka kita akan kehilangan kekuatan,” jelasnya.
Ketiga, lanjut dia adalah keikhlasan. Berjuang di AUM itu harus ikhlas. Tokoh-tokoh Muhammadiyah sangat menjaga keikhlasan. Banyak dari para tokoh tersebut yang hidupnya sangat sederhana, jauh dari kemewahan.
“Sekarang ini pimpinan-pimpinan pusat kita sedang beradu keikhlasan, bukan beradu kekuatan. Maka kalau kita benar-benar ikhlas akan diridhai Allah dan dicukupkan segala sesuatunya,” ungkap Sholihin Fanani.
Lalu yang keempat adalah militansi. Kita harus selalu bersemangat tinggi, penuh gairah, selalu berinovasi menuju kemajuan. “Militansi bukan meletansi, akhirnya melet terus,” candanya disambut tawa para jamaah yang hadir. Jangan sampai, lanjut dia, militansi kita dengan yang ada di luar sana.
Menegakkan prinsip-prinsip Muhammadiyah adalah yang kelima. Di dalam bermuhammadiyah kita harus berprinsip taawun, yakni saling tolong menolong di antara kita. Yang kuat membantu yang lemah, yang sudah maju membantu yang belum maju. Tidak boleh sendiri-sendiri.
Prinsip yang berikutnya adalah prinsip kolektif kolegial, yakni kita harus selalu melibatkan para pihak yang berkepentingan dalam mengeluarkan kebijakan dan keputusan, dengan selalu bermusyawarah dan mengedepankan semangat kebersamaan.
Keenam adalah pemikiran ideologi yang dimiliknya harus kokoh dan istikamah. Ideologi bermuhammadiyah yang ada pada diri kita harus kita perkuat. “Sehingga semakin hari semakin kuat dan harus dilakukan secara terus menerus atau istikamah,” terangnya.
Semakin Medit, Semakin Sulit
Mubaligh yang dikenal humoris ini memberikan statemen pada jamaah yang hadir, terutama kepada pemangku sekolah, bahwa semakin banyak memberi guru, maka sekolah akan semakin maju. “Sebaliknya, semakin sedikit memberi guru atau medit, maka akan semakin sulit,” ujarnya seraya menyebut statemennya itu mengutip riwayat atau rawahu Sholihin.
Mudah-mudahan kita dapat menjaga inner dinamic Muhammadiyah, yang merupakan energi gerakan yang berfungsi sebagai sumber, inspirasi, motivasi, aktualisasi, orientasi dan kolaborasi. “Sehingga kita bisa semakin meneguhkan ideologi kita dalam bermuhammadiyah,” pungkasnya. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.