Pertolongan Tuhan dalam Marketing oleh Drh Zainul Muslimin, Ketua Lazismu Jawa Timur.
PWMU.CO– Lisan kita sangat fasih mengatakan bahwa kini saatnya dunia mengalami industri 4.0 bahkan sedang menuju 5.0 ditandai dengan era digitalisasi yang masif. Perubahan yang sangat radikal dan revolusioner di bidang teknologi, khususnya teknologi informasi. Teknologi digitalisasi yang hampir terjadi di semua lini.
Tentu yang tak mampu mengadopsi teknologi terkini sekaligus beradaptasi dengannya dipastikan akan tergilas kalah. Kecepatan untuk bisa mengakses dan mengaplikasikan teknologi terkini itulah yang akan menentukan akankah kita terus bisa eksis. Bahkan akan selalu menjadi yang terdepan.
Terkait dengan perubahan yang sangat cepat, yang radikal dan revolusioner itu rata-rata anak-anak muda kitalah yang sangat adaptif. Dengan kesegaran, kekuatan, dan kegesitan fisiknya, dengan kecerdasan dan kompetensi yang mereka miliki, mereka mampu begitu cepat beradaptasi mengikuti gerak cepat teknologi yang terjadi kini.
Walau ada yang mengatakan bukankah usia hanyalah sederet angka, yang penting semangat haruslah tetap menyala membara. Saya kira semangat saja ketika tidak disertai fisik yang prima, dengan pemikiran dan kompetensi yang kuat dan segar tentu tidak akan menghasilkan karya-karya yang dahsyat.
Begitupun untuk sebuah perusahaan apalagi bagi sebuah Ormas yang sangat besar seperti halnya Muhammadiyah.
Dengan melihat fakta tersebut maka Persyarikatan Muhammadiyah ini tentu dalam kondisi yang tak jauh beda. Kalau tidak mampu mengikuti perubahan yang sangat cepat, yang radikal dan revolusioner itu tentu juga akan terseok-seok tertinggal. Artinya kalau tidak diisi dan digerakkan oleh anak-anak muda yang punya kompetensi serta punya attitude yang baik maka bisa terjadi nasibnya tidak jauh beda dengan Blackberry, Kodak, Nokia.
”Kami tidak melakukan kesalahan apa pun, tapi entah mengapa kami kalah,” ucap mantan CEO Nokia, Stephen Elop, sambil menyeka setitik air matanya saat mengumumkan akuisisi Nokia oleh Microsoft pada 2013 lalu.
Namun demikian tentu jauh lebih penting ketika ada kemampuan untuk memadu-sinergikan dua hal pada kuadran yang berseberangan itu menjadi satu dalam gerak yang terpadu harmonis.
Modal Besar
Ada modal besar dan sangat kuat yang ada di dalam Persyarikatan Muhammadiyah yaitu gerakan tajdid. Namanya saja gerakan pembaharuan maka mestinya akan mampu menghasilkan inovasi baru, pengetahuan baru sekaligus pengalaman baru. Seperti pada umumnya hal yang baru tentu akan sangat diminati oleh khalayak yang sangat luas.
Persoalannya adalah apakah hal baru yang dilahirkan oleh Persyarikatan itu mampu menjadi solusi bagi kebutuhan yang mendesak bagi khalayak saat ini. Apakah hal yang baru itu melahirkan kebermanfaatan besar bagi khalayak saat ini.
Modal besar kedua adalah komitmen atau jargon berkemajuan, ketika semangat yang luar biasa untuk istiqamah sebagai gerakan pembaharuan maka pada saat yang sama mestinya menghadirkan Persyarikatan ini menjadi Ormas yang maju, berkemajuan.
Karena dari dalam Persyarikatan ini akan selalu lahir dan hadir orisinalitas pemikiran dan aksi yang dilakukan, yang belum pernah ada sebelumnya. Ketika para penggerak Persyarikatan mempunyai mindset yang kuat akan rabbanaa maa khalaqta hadza baathila maka pada kondisi dan fakta apapun yang terjadi yang ada di sekelilingnya mereka akan mampu fokus dan hanya melihat dan menangkap kebermanfaatan yang di dalam situasi tersebut dan kemudian mengambil manfaat yang ada di dalamnya untuk kemaslahatan rakyat sekaligus juga untuk dirinya.
Dalam dunia marketing kita mengenal yang namanya 4P yang kalau di tangan Nurhayati Subakat, pemilik Wardah Cosmetic, itu menjadi 5P.
Tahun 1950-an Neil Borden memperkenalkan bauran prinsip pemasaran itu. Tahun 1960-an E Jerome Mc Carthy memopulerkan bauran marketing itu menjadi 4P yaitu Product, Price, Promotion, dan Place. Nurhayati menambahi P kelima: Pertolongan Tuhan.
Produk
Bagaimana agar produk Persyarikatan Muhammadiyah bisa laku laris manis, bisa diterima oleh khalayak luas. Bukan malah sebaliknya, Muhammadiyahfobia.
Apakah produk yang dilahirkan dan dihadirkan oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang berupa pemikiran dan aksi nyata itu memang nyata sangat bermanfaat bagi rakyat, apakah sangat dibutuhkan oleh umat pada kondisi yang terjadi saat ini.
Apakah khalayak bisa dengan murah sekaligus mudah mengakses produk pemikiran dan aksi kebermanfaatan yang dilahirkan Persyarikatan, sebagaimana telah terbukti kebermanfaatan yang dihadirkan oleh para Ustadz yang sangat akrab dengan digitalisasi.
Seperti dilakukan oleh UAS, UAH, Ustadz Hanan Attaki, Aa Gym, Gus Baha yang produknya (nasihat dan pemikirannya) begitu murah dan mudah diakses oleh masyarakat di manapun berada. Hanya cukup dengan pulsa yang tak seberapa, orang di manapun berada bisa dengan murah dan mudah mengaksesnya.
Promosi
Tentang promosi, agar produk Persyarikatan yang kita yakini berkualitas baik ini bisa diterima menyebar luas maka tentu tidak lepas dari promosi. Salah satunya adalah kemasan. Packaging atau kemasan yang menarik tentu sangatlah penting karena yang menangkap pertama kali dari produk kita adalah indra penglihatan dan pendengaran sebelum sampai pada kebermanfaatan yang bisa dirasakan.
Kemasan yang baik yang lahir dari keteladanan kebaikan serta kebermanfaatan yang ditebar oleh para kader yang ada di dalamnya.
Lebih dahsyat dari semua itu adalah P kelima yang dibahas Nurhayati Subakat yaitu Pertolongan Tuhan. Tentu untuk menghadirkan kepastian pertolongan Allah maka tidak cara lain kecuali bahwa seluruh pemikiran dan aksi yang kita lakukan haruslah punya niat yang sungguh-sungguh semata-mata untuk menggapai ridha Allah. Sungguh-sungguh bahwa yang kita lakukan adalah untuk menolong agama Allah.
Tetap semangat berbagi manfaat. Bismillah.
Editor Sugeng Purwanto