Israel di Ambang Kebinasaan dalam Siklus 80 Tahunan? Oleh Anwar Hudijono, wartawan senior tinggal di Sidoarjo.
PWMU.CO – Gawat! Perdana Menteri Israel Naftali Bennett memperingatkan kepada rakyatnya terhadap siklus 80 tahunan Israel berupa perpecahan, konflik. Kesimpulan besarnya, Israel berada di ambang kehancuran. “Kita bertanya-tanya, apakah kita akan mampu melestarikan Israel?” ujar Bennet masygul.
Menurut Bennet, saat ini mendekati siklus 80 tahunan ketiga. Perpecahan pertama terjadi saat 80 tahun Israel dibentuk. Perpecahan kedua pas 77 tahun setelahnya. “Sekarang hidup di era ketiga, dan mendekati 80 tahun.”
Peringatan Bennet ini boleh dibilang merupakan akumulasi serangkaian peringatan yang disampaikan tokoh-tokoh Yahudi, termasuk kalangan rabbi (pemimpin agama Yudaisme). Salah satunya ditayangkan di YouTube oleh channel Rian Hamzah dengan judul Ibadah di Sinagog Ricuh. Konten ini mulai tayang 1 tahun lalu, dilihat 1,7 juta, 11 ribu like.
Dalam tayangan itu divisualkan, seseorang (kemungkinan rabbi) berteriak-teriak di dalam sinagog sambil mendorong dan menampar orang lain. “Mari keluar dari Palestina. Karena waktunya turun laknat kepada kaum Yahudi itu telah tiba. Tiada lagi tempat berlindung dan tempat berlari darinya.”
“Keluarlah dari tanah Palestina dan berpencarlah ke berbagai belahan bumi, sebelum kalian dibinasakan. Bangunlah kalian. Sadarlah kalian. Sebelum kalian semua dibinasakan. Sebab waktu terjadinya hal ini benar-benar sudah dekat,” tegasnya.
Pandangan orang di video itu merupakan representasi dari kelompok tertentu di komunitas Yahudi dunia. Termasuk pemikir Yahudi di Amerika Serikat, Noam Chomsky. Mereka berpandangan bahwa mereka tidak punya hak atas tanah Palestina (Israel sekarang). Karena Tuhan melarang mereka kembali sebagai hukuman di dunia atau dosa-dosa mereka.
Adolf Hitler
Sebenarnya Bangsa Yahudi bukan lagi akan terpecah-pecah tetapi memang sudah terserpih-serpih dan saling bermusuhan. Sampai-sampai Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov belum lama ini mengatakan, sejarah mencatat yang menghacurkan Yahudi itu sesama Yahudi. Lantas dia menunjuk Adolf Hitler itu berdarah Yahudi. Hitler membantai jutaan orang Yahudi di Jerman yang terkenal dengan peristiwa Holocaust.
Anehnya, setelah itu masyarakat Yahudi diam atau kalaulah ada reaksi kecil-kecil saja. Tidak melalukan protes besar-besaran. Bahkan sebelum Presiden Putin meralat anak buahnya. Karena sebenarnya kaum Yahudi takut untuk dilakukan penelitian terhadap genetika Hitler. Sekaligus takut rahasia holocaust terbongkar. Diduga Holocaust itu rekayasa eliter Yahudi dunia agar orang-orang Yahudi diaspora mau pindah ke Israel.
Bangsa Yahudi terpecah-pecah dan saling bermusuhan sesuai pengasan al-Quran surah al-Maidah 64. “Dan Kami timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari kiamat.”
Peringatan bahwa bangsa Yahudi akan dibinasakan jika tidak keluar dari tanah Palestina, sejalan dengan al-Quran alIsra 5-8. Setelah mengalami penghancuran dan pengusiran dua kali sebagai hukuman dari Allah, mereka dilarang kembali ke Yerusalem atau Palestina.
“Mudah-mudahan Tuhan kamu melimpahkan rahmat kepada kamu, tetapi jika kamu kembali, niscaya Kami kembali (mengazabmu). Dan Kami jadikan neraka jahanam penjara bagi orang kafir.” (al-Isra 8).
Hukuman itu sebagai realisasi dari kutukan Rasulullah Daud dan Isa al-Masih (al-Maidah 72). “Orang-orang kafir dari Bani Israel telah dilaknat melalui lisan Daud dan Isa putra Maryam. Yang demikian itu karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.”
Sejarah mencatat, bangsa Yahudi dihancurkan Kaisar Nebukadnezar dari Babilonia (Irak). Rakyat Yahudi dibantai atau dijadikan budak. Lantas Allah menolong mereka (ayat 6). Sejarah mencatat yang mengembalikan bangsa Yahudi di Yerusalem atau Al Quds adalah Kaisar Cyrus Yang Agung dari Persia (Iran).
Penghacuran kedua, sesuai catatan sejarah, dilakukan oleh imperium Romawi. Pengusiran besar-besaran membuat Yahudi mengalami diaspora ke seluruh dunia. Tiada sejengkal tanah pun di dunia yang tidak ada orang Yahudi, termasuk di Indonesia.
Baca sambungan di halaman 2: Zionisme