Jadilah Editor atas Tulisanmu Sendiri; oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.
PWMU.CO – Tulisan yang baik tentu telah melewati proses editing yang berlapis. Lapis pertama dilakukan oleh sang wartawan atau penulis sendiri.
Langkah ini sering luput dari para kontributor media online ini. Salah satu buktinya, masih saja ada tulisan yang dikirim ke admin mengandung kata-kata ringkasan, seperti ‘dgn’ untuk dengan, ‘yg’ untuk yang, dan sebagainya.
Selain itu banyak yang masih salah ketik alias typo. Sebagian, mungkin karena fasilitas autotext yang terpasang di keyboard-nya—yang sok keminter dan GR (gede rumongso)—menuliskan atau mengubah secara otomatis kata yang tidak sesuai maksud penulis. Seperti PWMU diubah jadi PWNU.
Sebagian disebabkan oleh kurang telitinya si penulis. Contoh: kelapa tertulis kepala atau Muhammadiyah tertulis Muhamamdiyah. Misalnya ditulis mislanya. Dan sejenisnya.
Kesalahan lain biasanya soal ejaan. Seperti: sekadar ditulis sekedar. Silakan ditulis silahkan. Mengubah ditulis merubah. Soal ejaan seperti ini memang belum dipahami oleh sebagian penulis kita.
Belum lagi soal logika bahasa yang sering ruwet. Paragraf yang panjang dan bertele-tele. Opini yang merebak dalam tulisan berita. Dan seterusnya.
Jika penulis mau melakukan proses self editing, insyaallah kesalahan-kesalahan seperti di atas bisa dihindari, minimal dikurangi.
Menyunting setelah Menulis
Pekerjaan wartawan atau penulis setelah menyelesaikan penulisan naskah adalah mengedit alias menyunting. Sebab—meminjam Pepih Nugraha (2022)—pada prinsipnya tidak ada berita sekali jadi. Writing is re-writing.
Setelah menulis, baca kembali tulisan Anda sebelum dikirim ke admin atau editor. Temukan apakah masih ada kesalahan atau kekurangannya. Pertama, soal penulisan informasi mendasar seperti nama, lokasi, waktu, dan sebagainya. Seringkali tanggal atau tempat peristiwa dilupakan.
Kedua, apakah ejaannya sudah benar atau belum? Untuk mengecek keraguan itu, Anda bisa merujuk KBBI Daring. Coba cek yang benar: nahkoda atau nakhoda? Kharisma atau karisma? Nafas atau Napas? Fikir atau Pikir? Aktifitas atau aktivitas?
Yang juga masih banyak terjadi adalah kesalahan penulisan kata depan dan kata imbuhan. Malah kadang tertukar. Menulis di publikasikan padahal seharusnya dipublikasikan. Dibalik layar seharusnya di balik layar.
Ketiga, teliti kembali apakah masih ada yang typo. Bagi yang sudah berumur senior seperti saya, menulis di Microsoft Word dengan font Arial ukuran 14 atau 16 dengan zoom 200 persen, akan sangat membantu mencerahkan, he-he-he …
Keempat, jika Anda menulis berita, pastikan tidak ada opini penulis di dalamnya. Tulisan harus berdasarkan fakta di lapangan dan verifikasi melalui wawancara narasumber. Dalam berita, Anda jangan ngomong sendiri. Hanya fakta yang lolos, opini harus dibuang ke laut.
Baca sambungan di halaman 2: Kode Etik Jurnalistik