Viral Rendang Babi
Beberapa hari belakangan ini rendang dan nasi padang menjadi trending topic dan viral di media sosial gegara muncul warung padang yang menyajikan menu rendang babi. Warung Padang itu mengunggah konten di media sosial dan menamakan dirinya ‘’Babi Ambo’’ yang artinya ‘’Babi Saya’’.
Unggahan ini kontan memantik protes dari banyak tokoh dan diaspora Minangkabau di seluruh Indonesia. Menu rendang babi dianggap mencemarkan nama kuliner Padang yang sudah identik dengan kehalalannya.
Bagi masyarakat Minangkabau rendang bukan sekadar kuliner tapi sudah menjadi identitas budaya. Dalam adat istiadat Minang ada ungkapan ‘’adat bersendi syara’, syara’ bersendikan Kitabullah’’, artinya adat istiadat bersendikan kepada syariat Islam dan syariat Islam bersendikan kepada Kitabullah, Alquran.
Menciptakan kuliner rendang babi bisa disebut sebagai penghinaan terhadap budaya kuliner Minangkabau yang jelas-jelas bersendikan agama. Dengan brand yang sudah kondang di seluruh dunia rendang bisa menjadi produk bisnis yang sangat layak jual. Tetapi, ketika bisnis tidak dilandasi dengan etika dan moralitas, maka akan menjadi penghinaan terhadap masyarakat tradisional sebagai si empunya budaya.
Polisi bertindak, tetapi menyatakan tidak menemukan unsur kirminal dalam kasus ini. Kalau penegak hukum memakai undang-undang positif seperti KUHP tentu tidak ditemukan pasal yang melarang orang menjual makanan apa saja, termasuk rendang babi. Tetapi, ada persoalan yang lebih serius ketimbang sekadar pasal-pasal, yaitu penghormatan terhadap tradisi budaya besar yang menjadi sendi kebhinekaan.
Menu rendang babi sudah menimbulkan keonaran di media sosial dan memunculkan friksi pro dan kontra. Aparat hukum harus mengambil langkah seperlunya untuk memastikan masalah ini tidak merantak menjadi masalah yang lebih luas. Di tahun politik ini apa saja bisa dijadikan isu politik.
Perdebatan mengenai rendang babi pun bisa menjadi pemicu debat politik. Masyarakat yang sudah terpolarisasi antara kadrun dan cebong akan mudah terpicu oleh berbagai macam isu kecil dan besar, termasuk isu rendang babi ini. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni