Dongeng Vs Nyanyi
Kak Ari lantas menawarkan kepada peserta, “Ingin dengar dongeng apa nyanyi dulu?”
“Nyanyi!” jawab mereka kompak.
Paijo pun protes, “Aduh kurang keras! Nggak semangat. Aku pengin yang semangat!”
“Nyanyi!” jawab peserta sekali lagi, tapi sambil teriak.
Akhirnya, seluruh peserta menyanyi dengan nada ‘Potong Bebek Angsa’ sesuai arahan Kak Ari. “Kwik kwik kwik kwik kwik kwik,” ajaknya kepada peserta di baris depan. Dia lalu mengganti dengan ‘kwek’ untuk peserta di baris tengah dan mengganti dengan ‘kwok’ di baris belakang.
“Kurang keras ya Allah! Kurang keras! Anak-anak ngantuk ya?” celetuk Paijo. Nadanya terdengar sedih dan kesal. Mereka lantas bernyanyi lagi dengan lebih keras dan semangat.
Kak Ari lanjut mengajak mereka menyanyi beberapa kali, “Kalau kau suka hati bilang hore! Hore!” Terakhir, Kak Ari dengan semangatnya mengajak, “Kalau kau suka hati teriak Allahu Akbar! Sambil mengepalkan tangan di atas!”
Uji Konsentrasi
Barulah Kak Ari memulai dongengnya. “Kak Ari ingin mendongeng…. yang kecil banget. Apa?”
“Semut!” teriak anak-anak.
“Ya, ceritanya tentang semut dan kupu-kupu,” lanjutnya.
Untuk lanjut mendongeng, dia memberi syarat berupa tantangan membaca doa untuk kedua orangtua. Muhammad Irsyad Hakiki pun mengacungkan tangan dan maju. Voila! Dia berhasil memecahkan tantangan itu. Kak Ari lantas memberinya hadiah.
“Itu dibaca setiap selesai shalat. Wajib! Karena kita ingin orangtua kita disayang Allah,” tuturnya.
Kak Ari lantas menguji konsentrasi anak-anak. “Semut itu hewan kecil apa besar? Semut, kecil! Gajah, besar!” Ari menjawab sambil tangannya memeragakan sesuai ukuran hewannya.
Lalu dia mengulang, tapi tangannya menunjukkan sebaliknya. Untuk gajah yang seharusnya besar justru dia ciutkan dua jarinya. Sedangkan semut yang semestinya besar, dia rentangkan lebar kedua tangannya.
Baca sambungan di halaman 3: Kesombongan Anto
Discussion about this post