Rumah Kelahiran Nabi Muhammad Jadi Mahtabah Makkah, liputan Ichwan Arif co-editor PWMU.CO dari Tanah Suci.
Rumah Kelahiran Nabi Muhammad Jadi Mahtabah Makkah, liputan Ichwan Arif co-editor PWMU.CO
PWMU.CO – Seusai melakukan ibadah shalat Maghrib di Masjid al-Haram, saya dan istri menyempatkan diri melintasi depan rumah kelahiran Nabi Muhammad SAW yang berada di lembah, di antara Bukit Safa dan Marwa, serta dua Terminal Syib Amir dan Mahbas Jin, Rabu (28/6/22).
Ketika perjalanan mau kembali ke Arkan Bakkah Hotel, kami berhenti dan saya mengeluarkan ponsel. Sejurus kemudian langsung mengabadikan dalam jepretan kamera.
“Ya Allah, terima kasih telah Kau berikan nikmat dan kesempatan pada kami untuk bisa menyaksikan secara langsung tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW,” ucapku dalam hati.
Di bagian depan bangunan ini tertulis Mahtabah Makkah al-Mukarramah atau Perpustakaan Makkah al Mukarramah. Bangunan ini tampak sederhana. Tidak terdapat tower, pilar, dan ornamen klasik seperti yang ada di bangunan di sebelahnya.
Bercat warna krem dengan jendela dipulas warna coklat tua memberikan kesan antik ketika dipandang. Dulu, bangunan ini adalah rumah Abdul Munthalib, kakek Nabi, di mana Nabi dilahirkan.
Hindari Pemujaan
Pemerintah Arab Saudi memiliki alasan tersendiri menjadikan bangunan yang menurut sejarah didirikan 1370 Hijriah ini menjadi perpustakaan.
Mereka tidak ingin umat Islam mengkultuskan atau memuja rumah kelahiran Nabi. Hal ini juga untuk menghidari munculnya berhala baru atau tempat pemujaan.
Pemerintah Arab Saudi pun pernah berencana menghancurkan dengan alasan perluasan Masjid al-Haram. Namun, rencana itu tidak jadi dilakukan.
Perpustakaan yang berada di dekat lokasi toilet umum yang diyakini juga merupakan rumah Abu Jahal ini juga mengalami pemugaran dan pemeliharaan dari bentuk aslinya. Letak dan lokasinya masih dijaga sampai sekarang.
Jamaah umrah atau haji hanya bisa menyaksikan dari depan saja karena sering ditutup oleh otoritas setempat. Dulu, peziarah diperbolehkan masuk, tetapi oleh pemerintah, ketika musim haji, perpustakaam ini ditutup untuk peziarah. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni