In Memoriam Santi Puspitasari, Guratan Senyummu Tak Akan Sirna di Mataku, tulisan kontributor PWMU.CO Kabupaten Jember Disa Yulistian.
PWMU.CO – Ingatan terlempar empat tahun silam kala kali pertama saya menjejakkan kaki di Gresik. Santi Puspitasari, orang yang pertama kukenal sebagai rekan dan sahabat yang sama-sama mengabdi di SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik.
Sosok wanita mungil yang selalu ceria. Mulai hari ini mungkin senyummu sudah pudar di mata kami. Runtuh bersama dengan kabar duka yang dilayangkan oleh suamimu tercinta. Memporak-porandakan hati bagi setiap yang membacanya. Pesan singkat yang mengabarkan bahwa kau telah tutup usia.
Ahad (26/6/2022) pukul 06.36 wib pesan terakhir yang kau kirimkan ke semua teman berisikan permintaan maaf dan permohonan doa kelancaran persalinan seolah menjadi pertanda. Senyum merekah untuk menyambut buah hati seketika berubah duka di telinga kami. Pengorbananmu melewati proses persalinan caesar ternyata tak cukup sampai di sana.
“Santi mengalami pendarahan setelah operasi caesar,” ucap suara serak lelaki di ujung sambungan telepon yang sangat ku kenal sebagai suamimu.
Dalam balutan duka, Agung Yunizar menceritakan. Almarhumah selesai melakukan operasi pada Senin, (27/6/2022) pukul 09.00 wib. “Dia sudah sempat melihat anaknya dan menyusui. Terlihat begitu bahagia,” lanjutnya kemudian.
Namun tak berselang lama almarhumah mengeluhkan sakit perut sampai dengan kejang dan akhirnya dibawa ke ruang ICU.
Banyak Ide Inovatif Pembelajaran
Selasa (28/6/2022) pukul 01.00 dini hari almarhum menghembuskan nafas terakhirnya di salah satu rumah sakit di Sumenep, setelah melakukan operasi kedua kalinya dalam penanganan kasus pendarahan pada rahim.
Santi Puspitasari, guru Fisika Smamio tersebut selama ini dikenal sebagai pribadi yang selalu ceria. Punya banyak ide yang inovatif dalam melakukan pembelajaran. Meninggalkan luka yang mendalam, para rekannya mengungkapkan rasa kaget dan tak percaya mendengar kabar duka tersebut.
“Pagi-pagi dapat kabar itu seperti mimpi, gak percaya,” ungkap Meylita, salah satu rekannya.
Guratan senyum yang pernah kau berikan tak akan sirna di mata kami. Untaian doa tak akan terputus. Al Fatihah. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.