Ujan Berat bagi Ibrahim dan Ismail
Di hadapan 300 jamaah yang hadir, Dhofir melanjutkan kisahnya.
Pada waktus datang ke Mekah untuk yang kedua kalinya, Ibrahim menjenguk Hajar dan putranya. Tapi saat Ibrahim yang merasa belum habis rasa kangennya kepada Ismail, diperintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail. Ibrahim yakin ini sebagai perintah Tuhannya, maka tidak ada pilihan lain melainkan harus dilaksanakan.
Tetapi, sebagai seorang ayah, juga punya perasaan gamang. Dipanggilah Ismail dan disampaikanlah perintah Allah itu dalam bahasa santun dan sangat demokratis.
Ismail sebagai anak produk seorang ayah yang punya riwayat kesabaran atas berbagai ujian, demikian sang ibu juga punya riwayat kesabaran yang prima, menjawab: “Wahai ayah, lakukanlah, insyaallah engkau akan dapati aku sebagai orang yang sabar.”
Dan inilah sebagi teladan ketiga, yang Allah SWT sebutkan dalam firman-Nya ’walladzina mah’ tersebut.
Sebelum mengakhiri ceramahnya, Farid Dhofir berkesimpulan, Ismail kemudian menjadi generasi terbaik karena didikan yang terbaik berupa teladan dari kedua orang tua terbaik.
“Maka contohlah mereka. Kemudian secara khusus, beliau berpesan untuk mempunyai anak yang jujur, sabar dan kebaikan lainya, maka anak-anak harus mempunyai teladan dari kedua orang tuanya. Mustahil mengharap anak mempunyai prilaku jujur dan sabar, kalau kedua orang tuanya biasa tidak jujur dan tidak berprilaku sabar.
Maklumat Pimpinan Pusat tentang Idul Adha
Di akhir pengajian Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sekaran, Fuad Adhar SAg mengingatkan kembali kepada seluruh hadirin, pimpinan dan warga Muhammadiyah tentang maklumat pelaksanaan Idul Adha.
“Warga Muhammadiyah harus taat dengan Maklumat PP Muhammadiyah Nomor: 01/MLM/I.0/E/2022 dan tidak mengalami perubahan. Artinya 9 dan 10 Dzulhijjah adalah hari Jumat (8/7) dan Sabtu (9/7),” tegas Fuad sambil menutup pengajian. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/MS