Dampak Positif dan Negatif
Kehadiran salafi ini sebenarnya membawa dampak positif dan negatif bagi Muhammadiyah. Positifnya bisa mendorong Muhammadiyah lebih aktif berdakwah, menjawab persoalan umat, menguatkan dan merapatkan shaf jamaah, meningkatkan kajian dan kegiatan keberagamaan, mengokohkan pengaderan, menata kembali masjid-mushala, dan meningkatkan ghirah keberagamaan.
Sedangkan sisi negatifnya karena para salafi menjadi benalu dan virus dit ubuh Persyarikatan. Di antaranya sebagai berikut: pertama, melemahkan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah dengan menyerang beberapa keputusan yang sudah dibahas secara nasional, seperti zakat profesi, penentuan awal bulan (Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha), ritual shalat, performa pakaian, musik dan lain sebagainya.
Artinya mereka ngrecoki dan nyinyir terhadap tradisi Muhammadiyah. Hal ini membingungkan jamaah yang masih awam. Misalnya mereka mengharamkan zakat dengan uang padahal takmir masjid menerima zakat uang.
Kedua, Muhammadiyah terkena getah dari perilaku salafi yang cenderung radikal, kaku, keras, bebal otak, tidak toleran, mengharamkan semua yang tidak sesuai dengan pemikirannya, atau merasa benar sendiri, sehingga orang luar melihat Muhammadiyah adalah salafi, padahal faktanya mereka benalu yang merugikan.
Bahkan ada beberapa ustadz salafi menganggap bahwa fatwa-fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah kurang kredibel. Bagaimana mungkin fatwa yang dikaji secara nasional dengan rentan waktu yang lama, mengkaji dari berbagai aspek, mendengar masukan dari beberapa pakar, bisa dianulir dan disalahkan oleh satu ustadz?
Ketiga, memudarkan persatuan dan kesatuan jamaah Muhammadiyah karena ada dua kelompok yang sama kuat sehingga warga yang kurang paham justru lari dari Muhammadiyah dan memilih kelompok lain.
Keempat, bahaya lainnya adalah penguasaan amala usaha Muhammadiyah (AUM) oleh salafi.
Setelah menyadari dan memahami bahaya paham salafi bagi Muhammadiyah, semestinya para pemimpin Muhammadiyah bisa mengambil langkah-langkah tegas namun tetap bijak dan santun, agar tidak terjadi penyesalan akibat keterlambatan antisipasi masuknya faham salafi ini.
Muhammadiyah dan salafi tetaplah berbeda dalam manhaj, gerakan, dan strategi dakwah, meskipun satu agama. Lebih baik dalam berdakwah saling menghormati agar Islam semakin kuat, bukan saling mengganggu gerakan dakwah sesama umat Islam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni