Pendekar Besar Tapak Suci Khutbah di Godog, Jelaskan Tafsir Al-Kautsar; Liputan Alfain Jalaluddin Ramadlan, kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Pendekar Besar Tapak Suci Putera Muhammadiyah KH Ahmad Kasuwi Thorif MA PBr, menjadi khatib Idul Adha di halaman Perguruan Muhammadiyah Desa Godog, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, Sabtu (22/7/2022).
Abah Wi, panggilan akrabnya, menyampaikan, sejarah Idul Adha tidak lepas dari kepatuhan Nabi Ibrahim alaihisalam (AS) melaksanakan perintah Allah SWT untuk mengurbankan putra tercintanya Nabi Ismail AS.
Pengurbanan itu kemudian menjadi syariat Islam sebagai sunnah Nabi Muhammad SAW. Dan menghidupkan sunnah adalah sebuah keumuliaan. “Barangsiapa yang menghidupkan sunnahku tatkala kerusakan menimpa umatku, maka ia memperoleh pahala orang mati syahid” (HR Imam al-Baihaqi).
“Kita hidup di Indonesia ini harus sadar, karena banyak kerusakan di dalamnya. Tapi pada hari ini, alhamdulillah kita masih mengikuti syariat Nabi Ibrahim (yang dilanjutkan Nabi Muhammad,” terangnya.
Kemudian, Abah Wi mengisahkan Nabi Ibrahim ketika diuji oleh Allah sepeti dikisahkan dalam al-Quran surat Al-Baqarah ayat 124
وَاِذِ ابْتَلٰٓى اِبْرٰهٖمَ رَبُّهٗ بِكَلِمٰتٍ فَاَتَمَّهُنَّ ۗ قَالَ اِنِّيْ جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ اِمَامًا ۗ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِيْ ۗ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى الظّٰلِمِيْنَ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Dia (Allah) berfirman, “Sesungguhnya Aku menjadikan engkau sebagai pemimpin bagi seluruh manusia.” Dia (Ibrahim) berkata, “Dan (juga) dari anak cucuku?” Allah berfirman, “(Benar, tetapi) janji-Ku tidak berlaku bagi orang-orang zalim.”
Juga surat ash-Saffat Ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ
“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.”
Abahwi menjelaskan, ayat-ayat di atas menerangkan ujian yang berat bagi Ibrahim. Allah memerintahkan kepadanya agar menyembelih anak satu-satunya sebagai kurban di sisi Allah. Ketika itu, Ismail mendekati masa baligh atau remaja.
“Suatu tingkatan umur sewaktu anak dapat membantu pekerjaan orangtuanya,” ujarnya. Dia menambahkan, menurut al-Farra’, usia Ismail pada saat itu 13 tahun.
Dia melanjutkan, Ibrahim dengan hati yang sedih memberitahukan kepada Ismail tentang perintah Tuhan yang disampaikan kepadanya melalui mimpi. Dia meminta pendapat anaknya mengenai perintah itu. Perintah Tuhan itu berkenaan dengan penyembelihan diri anaknya sendiri, yang merupakan cobaan yang besar bagi orang tua dan anak.
Sesudah mendengarkan perintah Tuhan itu, Ismail dengan segala kerendahan hati berkata kepada ayahnya agar melaksanakan segala apa yang diperintahkan kepadanya.
“Dia taat, rela, dan ikhlas menerima ketentuan Tuhan serta menjunjung tinggi segala perintah-Nya dan pasrah kepada-Nya,” kata Abah Wi.
Ismail yang masih sangat muda itu mengatakan kepada orangtuanya bahwa dia tidak akan gentar menghadapi cobaan itu. Dia tidak akan ragu menerima qada dan qadar Tuhan. Dia dengan tabah dan sabar akan menahan derita penyembelihan itu
“Seluruh perintah dari Allah kepada Nabi Ibrahim semuanya dilakukan dengan penuh ikhlas. Dengan keikhlasan itu, Allah menggantikan Ismail dengan satu Kambing khibas. Dan itulah yang menambahkan ketakwaan kepada Allah,” terang Abah Wi.
Baca sambungan di halaman 2: Tafsir Surat Al-Kautsar