Meneladani Akhlak Ibrahim pada Orangtua dan Tamu; liputan Pandu Anom Nayaka kontributor situbondo PWMU.CO
PWMU.CO – Takmir Masjid Al-Manar Panji Permai Situbondo menggelar shalat Idul Adha di Lapangan Zakunar Panji Permai, Situbondo, Sabtu (9/7/2022).
Kepala SMP Muhammadiyah 4 Panarukan, Situbondo, Arif Sofyanhadi SPdI bertindak sebagai imam dan khatib.
Dia mengupas surat al-Kautsar. Bahwa Allah telah banyak memberikan nikmat kepada manusia. Namun Allah hanya meminta dua hal yakni agar kita mendirikan shalat dan berkurban.
Soal kurban juga ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW. “Bahkan ada ancaman ketika kita memiliki rezeki yang begitu banyak dan tidak mau berkurban,” ucapnya.
Dia lalu mengutip hadits riwayat Ahmad dan Ibnu Majah: “Barang siapa yang mempunyai kemampuan, tetapi ia tidak berkurban maka janganlah ia mendekati (menghampiri) tempat shalat kami.”
Arif kemudian mengajak jamaah untuk mencontoh Nabi Ibrahim dalam menjalin hubungan dengan keluarganya.
Pertama, akhlak Nabi Ibrahim pada ayahnya, Azar, sang penyembah berhala. Meski ayahnya kafir, tapi Ibrahim tetap santun dan hormat kepadanya. Misalnya agar ayahnya tidak tersinggung dengan dakwahnya, Nabi Ibrahim memanggilnya dengan panggilan kasih sayang; ya abati, hai ayahku.
Seperti yang tertuang dalam Surah Maryam 42-45:
“Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?
Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, niscaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus.
Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah.
Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan ditimpa azab dari Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi setan.”
Menelaah ayat-ayat itu, Arif mengatakan, “Kita jadikan contoh (Nabi Ibrahim) bagaimana berakhlak kepada orangtua—yang bahkan kita dilarang berkata ‘ah’.”
Baca sambungan di halaman 2: Akhlak pada Tamu