Akhlak pada Tamu
Kedua, bagusnya akhlak Nabi Ibrahim dalam memuliakan tamunya.
“Ketika Nabi Ibrahim kedatangan tamu yang mulia atau tamu yang Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu siapa yang datang, maka dia akan memasak dan menyuguhkan kepada tamu tersebut,”ujarnya.
Arif menambahkan, berangkat dari teladan Nabi Ibrahim, maka dalam memuliakan tamu, apapun yang kita miliki walaupun hanya seteguk air tidak masalah, andaikan ada makanan berikan makanan tersebut.
Dia lalu mengutip hadits riwayat Bukhari bahwa barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya.
Arif menjelaskan, Nabi Ibarhim juga lulus dari berbagai ujian yang diberikan oleh Allah, apakah dia lebih cinta Allah daripada yang lain.
Mislanya dia harus meninggalkan istrinya di Mekah yang saat itu sangat tandus dan gersang atau berkurban menyembelih anaknya. Tapi Ibrahim lebih memilih Allah, lebih mencintai Allah.
“Sehingga Nabi Ibrahim mendapatkan gelar khalilullah (kekasih Allah),” ujarnya.
Oleh karena itu, sambungnya, ketika kita ingin mendapatkan cinta Allah tentu lihatlah kisah Nabi Ibrahim. Kalau kita ingin mendapatkan cinta dari Allah maka laksanakanlah perintah-Nya dengan menjauhi larangan-larangan-Nya.
“Insyaallah kita akan menjadi kekasih Allah dan mendapat keselamatan untuk menuju surga-Nya,” harapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni