Bukti Kepedulian
Amirsyah Tambunan mengatakan, secara normatif ritual haji dan kurban adalah bukti kepedulian Islam dan pemeluknya kepada kaum dhuafa dan mereka yang tertindas (mustadzafin). Ibadah tersebut merupakan otokritik dan koreksi terhadap seluruh kehidupan sosial yang terdapat ketimpangan dan penderitaan bagi sebagian warga masyarakat.
Persoalanya adalah bagaimana kita mampu memberikan solusi baik secara normatif maupun secara empiris dalam menyelesaikan berbagai problem kehidupan umat manusia.
Ritual haji dan kurban bukan sekadar pergi ke Mekah, wukuf di Arafah, dan membagikan daging kepada fakir miskin. Tapi bagaimana praktik ritual itu benar-benar mampu menjadi motivasi untuk mengatasi mengkemiskinan, membebaskan penderitaan, dan menghentikan keculasan moral politik kekuasaan.
Selalu penting dicari tafsir baru yang lebih operasional dari pada pergi haji setiap tahun dengan kuota yang semakin terbatas di tengah mayoritas warga yang miskin dan menderita.
Perlu ada fatwa larangan haji berkali-kali di tengah terbatasnya kuota. Perlu dicari praktik ibadah kurban daripada sekadar membagi sekerat daging kepada kaum papa yang dari tahun ke tahun tetap dalam kemiskinan dan penderitaan.
Ironisnya, ritual haji dan kurban sering menjadi ajang pamer kekuasaan dan kekayaan, alih-alih memihak kepada fakir-miskin. Kita sering melihat bagaimana penuaian ibadah haji dan kurban dijadikan “pemutihan” dosa, peneguhan spiritual bagi kelanggengan kekuasaan, meraih jabatan atau kekayaan dalam tempo singkat secara tidak wajar.
Tidak jarang seseorang pergi haji dan berkurban guna mencari status sosial sebagai topeng keshalehan dari mereka yang culas dan korup.
Idul Adha memiliki nilai jauh lebih besar dari Idul Fitri. Keistimewaan Hari Raya Kurban terletak pada pembuktian secara empiris pemihakan kaum Muslimin kepada fakir miskin.
Hari Raya Kurban ialah hari kaum Muslimin yang mampu, sekali sepanjang hidup, menunaikan ibadah haji. Sedangkan berkurban dapat dilakukan setiap tahun bagi yang telah mampu.
Ritual haji adalah prosesi tapak tilas perjalanan spiritual dan kesadaran kemanusiaan sekaligus kesadaran ilahiah Nabi Ibrahim. Karena itu ibadah haji merupakan puncak ritual dalam sistem ajaran Islam.
Sementara ritual kurban merupakan sintesis hubungan antarmanusia dan manusia dengan Sang Khalik. Hubungan antarmanusia dalam ibadah kurban tersebut menjadi bernilai ketika yang memiliki kemampuan diwajibkan berkurban yang sebagian dagingnya diberikan kepada fakir miskin.
Persoalanya adalah bagaimana para hujjaj di Mekah dan mereka yang berkurban di luar Mekah memahami seluruh prosesi ritual yang mereka jalani. Bagaimana ritual shalat sunnah dua rakaat di Hari Raya Haji dan prosesi penyembelihan hewan kurban diberi makna Ilahiyahnya, sehingga betul membekas dalam kehidupan keseharian kita.
Baca sambungan di halaman 4: Filter Umat