Ibadah Haji dan Pesan Menghadapi Kematian; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Kalau Idul Adha dikaitkan dengan ibadah haji, maka pesan dan hikmah pentingnya: bagaimana manusia mempersiapkan diri dan mencari bekal memenuhi panggilan Allah yang sesungguhnya yaitu kematian.
Demikian Ketua Lembaga Pengembangan Cabang Ranting PP Muhammadiyah Muhammad Jamaludin Ahmad SPsi Psikolog menyampaikan pada Khutbah Idul Adha 1443 di Lapangan GKB Convex, Sabtu (9/7/22).
Jamal—sapaannya—menerangkan, ibadah haji sering diistilahkan sebagai ibadah untuk memenuhi panggilan Allah ke Baitullah. Setiap jamaah haji akan selalu mengumandangkan kalimat Talbiyah:
لبيك اللهم لبيك لبيك لا شريك لك لبيك إن الحمد والنعمة لك والملك لا شريك لك
Artinya, “Aku datang memenuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, sesungguhnya segala puji, nikmat dan kerajaan adalah kepunyaan-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu.”
Siap Menghadap Allah
Adapun ibadah haji itu sendiri, lanjutnya, memberi pesan agar manusia mempersiapkan diri menghadap Allah atau menghadapi kematian. “Nampak pada prosesi laku ritual dari ibadah haji itu sendiri. Lihat dan perhatikan saudara-saudara kita yang menunaikan Ibadah Haji!” tuturnya.
Pertama, ketika seorang Muslim akan naik haji, maka ia harus meninggalkan dan berpisah dengan orang-orang yang dicintai. “Berpisah dengan harta, rumah, dan jabatan yang ia miliki. Hal ini sama gambarannya dengan orang yang akan meningggal dunia,” jelas Jamal.
Demikian juga dengan pakaian yang harus dikenakan setiap jamaah haji. “Pakaian mereka hanyalah beberapa lembar kain putih. Persis seperti kain kafan yang menyelimuti orang mati,” imbuhnya.
“Tidak seperti ibadah maghdlah yang lain di mana manusia diberi keleluasaan untuk memilih variasi bentuk dan warna pakaian untuk beribadah. Namun khusus pakaian ibadah haji langsung dipilihkan oleh Allah SWT namanya pakaian ihrom,” jelas Pensiunan Pamen Polri itu.
Mengapa? “Karena pakaian yang dikenakan manusia dengan segala simbol, pangkat, dan jabatannya sering menjadikan manusia lupa pada asal-usul dan akhir kehidupannya,” jawab Jamal.
Dia menekankan, pakaian, pangkat, jabatan dan kekayaan bisa membuat seseorang lupa pada Tuhannya. Juga mengubah sesorang bisa bersikap sombong dan aniaya pada sesama.
“Banyak manusia baru kaget ketiga tidak lagi memiliki pangakat, jabatan, dan kekayaan, dan lebih kaget lagi ketiga harus sendirian menghadapi kematian,” imbuhnya.
Dia lantas mengajak jamaah merenung dengan pertanyaan, “Apakah kita sudah siap mati dan apakah kita sudah menyiapkan bekal untuk pulang mudik ke kampung halaman yang tidak mungkin kembali lagi, yaitu kampung akhirat kelak?”
“Pulang mudik ke kampung halaman di dunia saja kita tidak akan berani pulang kalau tidak punya bekal, apalagi pulang mudik ke kampung akhirat dimana kita kita akan tinggal di sana selama-lamanya,” tambahnya.
Baca sambungan di halaman 2: Korbannya Harta untuk Islam