PWMU.CO – Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta baru saja menyelenggarakan pemilihan kepala daerah, (15/2). Hasil hitung cepat berbagai lembaga survei menempatkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat keluar sebagai pemenang disusul oleh pasangan Anies Baswedan- Sandiaga Uno, yang kemungkinan besar akan kembali bertarung di Pilkada Putaran II.
Melalui akun media sosial, Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengapresiasi jalannya Pilkada ini. Termasuk pujiannya pada soliditas umat Kristiani dan etnis Tionghoa dalam mendukung pasangan Ahok-Djarot.
(Baca juga: Waspadai Pecah-Belah Umat Islam, Inilah Seruan Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah)
“Saya kagum dengan saudara-saudara saya dari etnis Tionghoa dan saudara-saudara saya Kristen dan Katolik. Mereka kompak mendukung Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta,” kata Dahnil Anzar Simanjuntak di laman facebook-nya, (16/2).
Dahnil lantas melampirkan hasil survei Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) pada Oktober 2016 lalu, yang menggambarkan umat Islam begitu toleran. Meski demikian, ada data yang mendapat perhatian khusus darinya tentang pemilih etnis Tionghoa dan pemilih Kristiani. “Bila merujuk data ini terlihat umat Islam sangat terbuka memilih Memilih Ahok. Etnis Tionghoa sangat kompak pilih Ahok. Pun umat Kristen.”
(Baca juga: Dicatut Ahok dalam Pengadilan Kasus Penistaan Agama, Berikut Klarifikasi Ketum PP Pemuda Muhammadiyah)
Data survei SMRC saat itu menunjukkan bahwa dari 11,4 persen pemilih umat Kristiani (Protestan dan Katolik), 95,7 % memilih Ahok-Djarot. Sementara 4.3 % sisanya menyatakan tidak tahu atau rahasia. Itu artinya, tak ada yang memilih pasangan Anies-Sandi dan Agus Sylvi.
Masih dari data SMRC Oktober 2016 itu, dari 6,0 % etnis Tionghoa yang terjaring dalam survei, 71,4 % kompak memilih Ahok-Djarot, 7,4 % ke Anies-Sandi, serta 21,3 % rahasia. Berdasarkan hasil survei itu, tak ada yang memilih pasangan Agus-Sylvi.
“Kekompakan saudara-saudara kita etnis Tionghoa dalam memilih Ahok adalah teladan yang yang harus kita apresiasi. Itu kekuatan bagi Indonesia yang berbhineka,” kata Dahnil.
(Baca juga: Din Syamsuddin: Kasus Ahok Hanya Puncak Gunung Es, Masalah di Bawahnya Jauh Lebih Besar)
Meski survei ini tergolong lama, tapi data ini juga diperkuat oleh survei setelahnya. Seperti survei Survey dan Polling Indonesia (SPIN) pada akhir 2016, 18 Desember, tercatat 90 % warga etnis Tionghoa di Jakarta akan memberikan dukungan ke Ahok-Djarot.
“Bila dilihat dari demografi pemilih Jakarta, berdasarkan etnis China (Tionghoa) di Jakarta 90% memberi dukungan penuh kepada pasangan Ahok-Djarot, dibanding Anies-Sandi (4%), Agus-Sylvi (1%), dan yang belum menentukan pilihan (6%). Etnis China di DKI Jakarta sekitar 8 % dari total penduduk Jakarta,” kata Director SPIN Igor Dirgantara saat itu.
(Baca juga: Pesan Din Syamsuddin untuk Bangsa Berkaitan dengan Ahok)
Sementara di segmen umat Kristiani yang berjumlah 9 %, SPIN juga mendapat temuan mayoritas mutlak memilih Ahok-Djarot. “Di segmen agama, 9% umat Kristiani di Jakarta memilih pasangan Ahok-Djarot (94%), Agus-Sylvi (4%), Anies-Sandi nihil (0%), dan 2% belum tentukan pilihan,” jelas Igor.
Sebulan kemudian, Lingkaran Survei Indonesia pimpinan Denny Januar Ali (LSI Denny JA) yang melakukan riset tentang demografi pemilih Pilgub DKI 2017, juga menemukan data tentang arah pilihan etnis Tionghoa. Dalam survei yang dilakukan pada 5-11 Januari 2017, mayoritas etnis ini memilih Ahok-Djarot.
(Baca juga: Inilah Penyebab Menurunnya Prosentase Umat Islam di Indonesia)
“Di segmen pemilih Tionghoa, Ahok unggul mutlak dengan 87,9% dan 12,1% belum memutuskan,” jelas peneliti LSI Denny JA, pada saat itu, Selasa (24/1/2017).
“Tentu adalah wajar memilih sesuai etnis seperti saudara-saudara kita Tionghoa, Kristen, pun Islam,” jelas Dahnil. Tapi, tambah Dahnil, keterpihakan kepada si miskin dan spirit antikorupsi harus diutamakan. “Tapi keberpihakan kepada si miskin, antikorupsi harus yang utama.”
Lantas, apakah kemenangan sementara Ahok-Djarot dalam Pilgub DKI 2017 ini memang disokong oleh kekompakan umat Kristiani dan etnis Tionghoa ini? Bisa jadi benar, tapi bisa juga tidak benar.
(Baca juga: Kisah Heroik Pendirian Masjid ‘Umar Farouq’ di Daerah Kristenisasi)
Apapun itu, kata Dahnil, kekompakan umat Kristiani dan etnis Tionghoa yang tergambar dalam berbagai survei itu merupakan teladan yang baik dalam masalah persatuan dan kesatuan. “Saudara-saudara kita sebangsa dan se-tanah air yang memilih Ahok tersebut telah memberikan teladan baik tentang makna persatuan dan kesatuan,” jelas Dahnil.
“Kekompakan dan persatuan tersebut adalah modal positif mengakselerasi pembangunan Indonesia kelak,” tambah Dahnil sambil mengharap kelompok lain.
Tidak terkecuali umat Islam, untuk meniru kekompakan 2 komunitas itu. “Semoga pun demikian kelompok lain,” harap Dahnil tentang persatuan ini.
(Baca juga: Kata Buya Syafii Maarif tentang Akar Masalah Ahok dan Ancaman 9 Naga)
Sebab, kata Dahnil, kekompakan merupakan modal dalam membangun Indonesia menjadi lebih baik. “Bersatu dan berpadu merawat Indonesia. Merawat kebhinekaan,” pungkasnya. (abqaraya)