PWMU.CO – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengunjungi SDN Klitik di Kecamatan Mejayan Kabupaten Madiun, Jumat (17/2). Sekolah ini merupakan yang tertua di desa, tak jauh dari rumah kelahiran Mendikbud. Pada tahun 1960-an, ayah Muhadjir, Soeroja, pernah menjadi kepala sekolah di SD ini.
Ratusan siswa dan puluhan guru menyambut Mendikbud. Sebagian guru yang sudah akrab mengenal Muhadjir sejak sebelum menjadi menteri tak segan meminta foto bersama dan bercengkerama. Muhadjir dikenal suka bersilaturahim dengan tetangga-tetangganya sejak ia masih menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Malang. Sedangkan almarhum ayahnya merupakan tokoh masyarakat yang dikenal sebagai pendidik dan seniman dalang.
(Baca: Reuni di Madiun, Mendikbud Tak Lupa Nama-Nama Gurunya)
Melihat sekolah yang sudah menyatakan siap melaksanakan program penguatan pendidikan karakter ini, Mendikbud langsung bertanya mengenai jam belajar siswa dan jam kerja guru. Aktifitas ekstra kurikuler juga tak lepas dari pertanyaan Mendikbud.
“Anak-anak jangan hanya diajar di dalam kelas. Oleh karena itu halaman dan fasilitas sekolah harus nyaman,” kata Mendikbud.
(Baca juga: Inilah Fokus Mendikbud dalam Menata Kualitas Pendidikan)
Kepala SDN Klitik Muhammad Baidhowi mengaku kesulitan jika full day school diterapkan. Sebab di sekolahnya belum tersedia fasilitas ibadah, misalnya musalah.
“Sudah lama kami ingin membangun musalah di sini,” kata Baidhowi seraya menunjuk halaman depan sekolah. Mendikbud lalu menanyakan apakah ada lahan lain selain di halaman depan. Sebab jika di depan dikuatirkan akan menutup wajah sekolah dan mengurangi lapangan upacara. Ia mengusulkan musalah dibangun di belakang sekolah yang masih luas.
“Memang jika mau kita terapkan penguatan karakter kita harus benahi fasilitas sekolah. Tadi saya juga mengecek koperasi dan kantin sekolah,” kata Mendikbud. Siswa harus kerasan melakukan aktivitas di sekolah dan sekitarnya.
Ditambahkannya, guru harus lebih kreatif. Jangan hanya metode ceramah. “Ajak siswa bermain, bersimulasi, berfikir kreatif dan kritis. Ajak membaca. Metode ceramah hanya boleh untuk khutbah Jumat saja,” tutur Mendikbud.
(Baca juga: Ayo, Ikuti Lomba Menulis “Peran Keluarga dalam Pendidikan Anak” Kemendikbud RI Berhadiah Rp 226 Juta)
Sekolah, kata Mendikbud, harus dicarikan potensi yang dapat digali menjadi kekhasannya. “Pendidikan karakter itu digali dari kearifan lokalnya. Yang penting nilai-nilai relijius, gotong royong, nasionalisme dan kemandirian ditanamkan dan diimplementasikan,” tegasnya.
Kunjungan kerja mendikbud di Madiun dan Nganjuk selama dua hari akan berakhir hari ini. Selain berkunjung ke sekolah/sekolah, ia juga berdialog dengan ratusan kepala sekolah serta akan membuka rakornas Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah di Pendopo Kabupaten Nganjuk. (nas)