PWMU.CO – Tidak mudah menjadi mualaf, apalagi dari warga keturunan. Seperti yang dilakoni Mellisa (25), seorang karyawati sebuah bank swasta ternama. Banyak stigma yang diterimanya.
“Dulu saya sering ingin ikut pengajian di luar. Tapi bagaimana ya? Sepertinya saya harus pulang dengan kecewa sebelum masuk area itu,” katanya kepada pwmu.co di sela-sela mengikuti Kajian dan Tahsin Quran Kelas Karyawati BCA Cabang Malang, Sabtu (18/2) pagi.
Kegiatan yang berlangsung di Mushala BCA Cabang Malang, Jalan Basuki Rachmat No. 70-74 Malang itu hasil kerjasama dengan Lazismu Kabupaten Malang.
(Baca: Kisah Islamnya Firanda dan Bimbingan Ibu-Ibu Aisyiyah)
Awalnya, perempuan muda itu agak kesulitan mengakses dunia Islam yang baru dipeluknya. “Bagaimana tidak? Begitu mau masuk halaman masjid saja sudah ada larangan: Bagi yang tidak berhijab dilarang beraktivitas di masjid,” kisahnya.
Berwajah oriental, dari ibunya yang keturunan Cina, dan berprofesi sebagai karyawati BCA—sebuah bank milik taipan Cina—membuat Mellisa tidak mudah dikenal sebagai seorang Muslimah. Apalagi dia belum sepenuhnya berhijab.
Tapi pagi tadi wajah Mellisa tampak berbinar. “Senang bisa ikut belajar mengaji, ustadzahnya baik dan sabar,” kata dia saat mengikuti kajian sepekan sekali yang diadakan Lazismu.
(Baca juga: Kisah Calon Pendeta Maria Sugiyarti yang Akhirnya Dapat Hidayah Masuk Islam)
Ustadzah Aulia yang menjadi pengajar berusaha memberi penyadaran tentang busana yang harus dikenakan oleh seorang Muslimah. Termasuk kepada Mellisa. “Saat ngaji pakai jilbab ya. Tapi bagi peserta yang belum memutuskan berjilbab, gak apa jika belum menggunakan saat beraktivitas lain. Semoga Allah memberinya hidayah dan kekuatan,” ujarnya
Lazismu Kabupaten Malang berinisiatif menjadi lembaga intermediasi bagi kesenjangan pengajaran Islam di lingkungan masyarakat, khususnya di perbankan. Salah satu bentuknya adalah Program Khusus Kajian dan Tahsin Qur’an bagi Karyawati, yang gratis alias tanpa berbayar itu.
(Baca juga: Tebus Dosa dengan Dirikan Masjid: Perjalanan Spiritual Haji Suparno, Pendiri Gereja yang Kembali Muslim)
“Dana yang kami sediakan tidak banyak, secukupnya saja, tapi pengasuh atau pengajar kelas karyawati itu bisa berkreasi dan bersemangat,” kata Herunanto, Ketua Lazismu Kabupaten Malang.
Dia menjelaskan, berpikir dan bertindak kreatif serta inovatif diperlukan dalam beramar makruf nahi munkar. “Ini kelas gratis dan diupayakan senyaman mungkin bagi karyawati bank tersebut agar kelas makin bertambah, makin berkembang baik, dan sesuai harapan bersama. Agar bisa diikuti lebih banyak lagi peserta karyawati BCA lainnya,” ucap Heru, pangilan akrabnya, yang juga karyawan BCA tersebut. (Izzudin)