Kisah Ibu-ibu Aisyiyah Ranting Menangis di Edutorium UMS, liputan kontributor PWMU.CO Kabupaten Situbondo Sugiran.
PWMU.CO – Hari ketiga Jambore Media Afiliasi Muhammadiyah di Kampus 4 Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ahad (24/7/2022), agendanya Road to Area Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah.
Sekretaris Panitia Penerima Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah Bambang Sukoco SH MH dalam sambutannya menyampaikan muktamar akan benar-benar dilaksanakan setelah mundur dua tahun, tepatnya pada 18-20 Nopember 2022. Kami menyiapkan yang terbaik dan mohon support-nya.
“Kami punya komitmen tinggi untuk menjalankan amanah ini sebaik-baiknya. Butuh waktu 37 tahun untuk muktamar kembali ke UMS, ke Solo dan ke Jateng. Terakhir Muktamar Solo 1983 diundur 1985 karena azas tunggal. Ini terulang kembali ditunda 2 tahun, tetapi azasnya berbeda. Dulu azas tunggal, yang sekarang azas covid,” ujarnya disambut tawa peserta jambore.
“Awalnya yang boleh masuk hanya 300 orang, itu rekomendasi Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC). Muncul guyonan Ketua PWM Jateng Pak Tafsir. Edutorium ini dibangun dengan biaya 386 milyar. Kalau hanya 300 orang berarti 1 orang menghabiskan 1 milyar lebih,” tambahnya yang kembali disambut gerrr peserta.
Tiap Pekan Kedatangan Tamu Daerah
Kemudian, lanjutnya, diskusi berkembang sebelum pandemi reda perwakilan saja. Ketika pandemi mereda, maka Tanwir beberapa waktu lalu memutuskan Muktamar Ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah akan menjadi Muktamar biasanya. Walaupun tetap dengan standar protokol kesehatan yang terus dilakukan sesuai dengan aturan dan kepatuhan.
“Luar biasa antusias warga persyarikatan karena sudah tujuh tahun tidak kumpul. Ibaratnya tujuh tahun tidak kumpul dalam suasana ramai-ramai. Maka kutipan theme song lagu Muktamar, Di Solo kita jalin ukhuwah, nampaknya akan benar-benar terjadi,” ungkapnya.
Kami menyiapkan muktamar dan hampir setiap pekan ada tamu dari berbagai daerah. Kami yang paling ingat dan paling haru ketika datang rombongan ibu-ibu Aisyiyah ranting datang 1 bus 60 orang plus 1 elf. Datang masuk ke Edutorium UMS dan beberapa ibu Aisyiyah ini menangis. Menangis sambil berucap, Ya Allah alhamdulillah Gusti.
Kemudian kami tanya dan akhirnya ibu Aisyiyah itu bercerita.
“Saya itu di kampung ibu ranting Aisyiyah merasa berjuang dakwah Muhammadiyah itu sendirian. Tetapi begitu saya sampai di Edutorium UMS ini, saya merasa haru dan saya merasa bangga. Ternyata saya menjadi bagian dari organisasi yang besar dan kaya,” ucap Bambang menirukan cerita ibu Aisyiyah. Tepuk tangan pun bergema di halaman Pesma UMS. Kata Bambang, dia orang di desa, ranting kecil, selalu merasa kecil. Begitu diajak melihat kemegahan Edutorium jelas akan terharu. “Ternyata dia anggota organisasi besar dan kaya,” ujarnya.
Penggembira Pulang Bisa Dirikan AUM
Maka, sambungnya, ketika ada polemik daring luring daring luring, antusias warga Muhammadiyah di arus bawah itu sudah tidak bisa terbendung untuk silaturahim. Maka kami sampaikan kepada bapak-bapak pimpinan, bagi warga arus bawah, Muktamar itu tidak sekadar memilih ketua umum. Tetapi Muktamar Muhammadiyah bagi warga grassroot ranting adalah konsolidasi organisasi.
“Benar tanggal 18 Nopember 2022 mereka datang dari seluruh Indonesia sebagai penggembira. Tetapi begitu pulang, mereka bisa mendirikan amal usaha Muhammadiyah (AUM). Mereka mendirikan sekolah, panti asuhan, dan apapun itu karena terinspirasi muktamar,” paparnya.
Sepekan yang lalu, datang dari Kalimantan Barat dan sudah izin ke panitia akan menghadirkan penggembira dengan jumlah 10 ribu orang. Kami yang di Solo berpikir, ini akan dibagaimanakan?
“Jujur karena keputusan Tanwir maka perlu kehati-hatian dalam menjaga prokes. Tahun 2019 kita sudah siapkan, tapi dengan kejadian pandemi maka perlu hati-hati betul. Ini karena Muhammadiyah menjadi organisasi yang sangat peduli pandemi. Dan menghabiskan dana triliunan rupiah untuk membantu pemerintah mengatasi pandemi Covid-19,” jelasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.