Peran Hipotalamus
Dia menjelaskan, ada satu bagian di otak kita, namanya hipotalamus, yang merupakan satu persen saja dari bagian otak. Tetapi fungsinya luar biasa, yaitu sebagai koordinator sistem organ. Hipotalamus bagaikan antena yang dipasangkan dan dititipkan Allah di tubuh kita.
“Gunanya untuk membangun sinyal kita dengan Allah. Saat antena itu berfungsi dengan baik, maka hubungan kita dengan Allah akan baik. Dan saat itulah hipotalamus menjalankan fungsinya,” terangnya.
Secara teologis, kata Tjatur, hipotalamus akan menangkap sinyal-sinyal dari niat kita dan mampu membedakan mana yang hak dan mana yang batil.
“Jadi, baik niat saya atau niat Panjenengan dari rumah sampai pengajian ini lillahi ta’ala atau tidak itu sudah diketahui oleh hipotalamus,” katanya.
Maka, ketika ia menangkap niat itu, ia akan mengondisikan semua organ di tubuh kita untuuk bekerja sama dengan baik. “Singkatnya, organ-organ tubuh itu akan dijaga oleh Allah untuk tetap berfungsi dengan baik supaya niat baik kita dapat terlaksana. Jadi, saya yakin Panjenengan yang sudah berniat untuk hadir, maka tubuhnya akan disehatkan oleh Allah,” jelas dia.
Berbanding terbalik, lanjutnya, jika di diri kita terbesit niat melaksanakan perbuatan buruk, maka hipotalamus tidak akan melakukan apa-apa.
Begitu perbuatan buruk itu dilakukan, maka yang sebenarnya terjadi adalah organ-organ di tubuh kita ini melakukan penolakan, jantung berdegup lebih cepat, nafasnya disuruh terengah-engah, badannya gemetar semua. Itu merupakan mekanisme tubuh supaya seseorang tidak melakukan kemaksiataan. Karena fitrah kita sebagai manusia adalah kebaikan.
Menurut Tjatur, ketika kita mengurungkan berbuat keburukan, maka mekanisme tubuh akan kembali normal. Lalu, jika ada orang yang melakukan kemaksiatan tetapi tidak bergetar sedikit pun tubuhnya, bisa dipastikan jika hipotalamus dalam otaknya sudah tidak berfungsi. Apabila hipotalamus tidak bekerja, maka melakukan kemaksiatan apapun terasa biasa.
“Apa yang menyebabkan itu?” tanyanya retoris.
“Tak lain adalah dosa-dosa kecil yang seringkali dilakukan dan dianggap remeh. Maka, hal tersebut akan menumpuk dan akan membuat hipotalamus mati,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni