Pertahankan Independensi Media, PWMU.CO Hargai Berita Hasil Buruan Wartawan; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Memasuki sesi diskusi pada Kuliah Kunjungan Lapangan (KKL) Mahasiswa Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ke PWMU.CO, seorang mahasiswa bernama Mutia mengajukan beberapa pertanyaan kritis.
Salah satunya tentang upaya mempertahankan independensi seorang wartawan. “Seperti apa kita harus tetap independen di tengah media kita? Misal saat kita bekerja di media yang ingin ini itu,” tanya dia di Aula Mas Mansyur Kantor Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Rabu (27/7/22) siang.
Bicara independensi wartawan, Pemimpin Redaksi PWMU.CO Mohammad Nurfatoni menceritakan beberapa pengalaman PWMU.CO dalam menghadapi tantangan itu.
“Banyak yang suruh hapus. Sering kita ditelepon, ‘Mas, tolong di-take down beritanya’,” ujarnya.
Namun tak semua permintaan itu dia kabulkan. “Kecuali berita yang fatal, misal hoax. Juga asalkan tidak menyangkut suku, agama, ras dan antargolongan (SARA),” terang Fatoni, sapaannya. Tapi itu nyaris tidak ada. Yang diminta dihapus biasanya menyangkut kepentingan politik, baik nasional maupun lokal.
Pertimbangan Redaktur
Selain itu, editor PWMU.CO Sugeng Purwanto menambahkan, redaktur selalu mempertimbangkan berita yang menyangkut hal fundamental. Seperti berpotensi merusak hubungan Muhammadiyah dengan organisasi lain.
“Meskipun beritanya bagus, tidak bisa dimuat karena bisa mengganggu hubungan baik yang sudah dibangun,” kata Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi PWM Jatim ini.
Kalau berita itu dimuat media umum, sambung dia, mungkin dampak dan responnya bisa menerima. Tapi kalau dimuat di media kita, karena media ini membawa nama Muhammadiyah, bisa menimbulkan persepsi lain bagi pembaca.
Bicara independensi media, menurut Sugeng, idealnya setiap media bebas dari pengaruh siapa pun. Bisa independen memberitakan kebenaran fakta peristiwa tanpa campur tangan kepentingan mana pun.
Tapi faktanya, media itu ada yang punya yaitu pemilik modal. Maka tak bisa bebas dari maunya pemilik modal. Biasanya awak redaksi sudah paham rambu-rambu arah kepentingan pemilik sehingga pemberitaan menghindari rambu itu.
Baca sambungan di halaman 2: Punya Rambu-Rambu