Antitesis Citayam
Salah satu kegiatan antitesis yang mungkin dapat dimanfaatkan oleh Muhammadiyah dalam meng-counter dampak negatif dari kegiatan “adu outfit” ini adalah dengan mengkampanye-praktikan kegiatan serupa, namun dengan konsep yang religius: Muhammadiyah Fashion Week.
Gambaran detailnya, kegiatan ini tentu akan berlangsung secara luring dalam kurun satu pekan dengan pemilihan tempat yang strategis namun tidak mengganggu aktivitas penduduk sekitar lokasi.
Pada beberapa hari pertama, dapat diisi dengan peragaan busana seragam ortom-ortom Muhammadiyah, mulai dari Nasiatul Aisyiah, Tapak Suci, hingga Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan ortom lainnya. Kegiatan ini bisa dibarengi dengan bazar kuliner ataupun pentas seni serta kajian agama.
Tidak hanya sampai di sini. Namun, perlu juga ada penyampaian secara lisan terkait makna-makna dari setiap seragam yang ditampilkan. Misalnya, warna merah pada seraga Tapak Suci, yang melambangkan keberanian. Lambang dari Hizbul Wathan yang mengharapkan anggotanya dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Hingga makna lambang loreng pada seragam barisan Kokam pun bisa disampaikan.
Pemaparan makna-makna tersebut tentunya akan lebih bijak jika ditambah penjelasan akan manifestinya dalam kiprah ortom-ortom Muhammadiyah.
Meski terkesan sepele, perihal yang bersifat esensial tersebut justru amatlah penting. Makna yang terkandung pada setiap seragam ortom Muhammadiyah sudah tentu mempunyai value positif.
Pertanyaannya, sejauh mana para anggota ortom memahami hal tersebut? Oleh sebab itu, melalui MFW ini, barangkali dapat menjadi media fashion-eduction bagi internal Muhammadiyah sendiri. Sederhananya, sebagai murajaah, sudahkah apa yang diperbuat oleh para anggota ortom Muhammadiyah sejalan dengan makna yang terkandung pada seragam yang dikenakan?
Satu hal yang harus digarisbawahi, jika kegiatan fashion kebanyakan selalu lekat dengan model yang mengumbar auratnya, peragaan busana ala Muhammadiyah Fashion Week ini mesti berjalan sesuai aturan agama. Hal ini yang wajib dengan tegas diterapkan. Karena tentu, MFW sebagai media unjuk kreativitas busana yang berlandas aqidah, bukan sekadar takqlid mengikuti budaya fashion yang telah ada.
Baca sambungan di halaman 2: Fashion ala Nabi