Fashion ala Nabi
Sebagai organisasi Islam berkemajuan, Muhammadiyah sudah tentu tidak menutup mata terhadap modernisasi. Perkembangan dunia fashion yang terus mengalami kemajuan pun dapat saja dijadikan sebagai media dakwah amar makruf nahi mungkar. Misalnya, dengan turut mendesain jenis fashion yang dulunya sering digunakan oleh Nabi Muhammad SAW.
Terdapat beberapa sumber kredibel yang terjamin kesahihannya dalam menjelaskan bagaimana Nabi SAW berpakaian. Mulai dari bagaimana warna pakaian Nabi SAW, hingga jenis bahannya. Dalam kitab Asy-Syamail al-Muhammadiyah misalnya, Imam Tirmidzi menjelaskan, gamis merupakan jenis pakaian yang disukai Nabi Muhammad SAW. Adapun perihal warnanya, dalam beberapa riwayat lain disebutkan bahwa nabi seringkali memakai pakaian warna merah, putih, hijau, hingga hitam.
Berbekal kreativitas yang tentu masih berbasis akidah islam yang kuat, generasi muda Muhammadiyah pun dapat memanfaatkan penjelasan pada hadits tersebut sebagai portal untuk menciptakan jenis fashion islami modern yang ramah lingkungan dan ramah iman (tidak menyalahi aturan Islam).
Misalnya, dengan menciptakan jenis pakaian berciri-ciri sesuai hadits yang menjelaskan bagaimana bentuk pakaian Nabi SAW. Namun, dengan memadukan style modern yang modis dan kekinian.
Output-nya, selain dapat menjadi alternatif pilihan fashion bagi generasi Islam, fashion islami ini sudah tentu muncul sebagai antitesis dari jenis fashion terbuka yang mempertontonkan aurat pemakainya. Dan melalui Muhammadiyah Fashion Week, rancangan fashion tersebut dapat dipromo-edukasikan. Hal ini pun sejalan dengan harapan dari menteri perdagangan, yang berharap agar Indonesia segera menjadi kiblat fashion muslim dunia.
Membayangkan lebih jauh lagi, ketika desain fashion islami yang dibuat tersebut memasuki pangsa pasar nasional, tentunya perputaran ekonomi pun turut mengikuti. Mulai dari sistem produksi yang pasti membutuhkan tenaga SDM lebih, hingga kesempatan menjadi reseller produk pun akan membuka lapangan kerja lebih luas lagi.
Dampak positif dari rancangan Muhammadiyah Fashion Week di atas memang masih dalam bentuk yang abstrak. Namun, bukankah perubahan yang besar selalu bermula pada gagasan yang besar terlebih dahulu? Tentu, perlu ada action untuk mewujudkannya. Actionyang bukan sekadar action. Namun, juga action yang secara murni diniatkan sebagai dakwah amar makruf nahi mungkar. Lantas, siapkah Muhammadiyah menjawab tantangan zaman untuk lebih fashionable dalam rangka beramar ma’ruf nahi mungkar? (*)
Editor Mohammad Nurfatoni