Islamic Book Fair dan Penguatan Tradisi Ilmu, Kolom oleh M. Anwar Djaelani, peminat perbukuan aktif menulis sejak 1996.
PWMU.CO – Sejak digelar kali pertama pada 2002, Islamic Book Fair (IBF) termasuk agenda tahunan yang banyak ditunggu masyarakat. Setelah setahun “istirahat” karena pandemi Covid-19, saat digelar lagi di Jakarta pada 3-7 Agstus 2022, masyarakat antusias menyambutnya.
Masyarakat tampak memenuhi lokasi IBF yang di tahun ini dan beberapa tahun sebelumnya bertempat di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan.
Berbagai lapisan usia, berbondong-bondong datang. Lihatlah, misalnya, hadir 1.200 santri yang dibawa oleh KH Tubagus Achmad Dahlani Idrus, pimpinan dan pengasuh Pesantren Turus Pandeglang. Hal yang luar biasa, santri di pesanten ini sejak IBF kali pertama diselenggarakan terus diajak untuk menikmatinya.
Ada yang lebih membanggakan. Ternyata, IBF ini oleh pimpinan pesantren tersebut dijadikan salah satu sarana agar para santrinya mendapatkan referensi yang bisa dipakai untuk menulis makalah atau risalah. Terlebih, para santri tingkat akhir, memang harus menyelesaikan karya tulis ilmiah.
Seorang santriwati tampak membeli beberapa buku, referensi yang bisa digunakannya untuk belajar di Pesantren Turus Pandeglang. Buku-buku itu dia beli dengan uang tabungannya (baca Antusias Pengunjung Islamic Book Fair dari Santri hingga Orang Tua).
Berikut ini, pemandangan yang lain. Pesantren At-Taqwa Depok, di hari pertama IBF 3 Agustus 2022 membawa seluruh santri dan gurunya yang berjumlah sekitar 230 orang. Mereka hadir dengan menggunakan empat bus besar.
Dr. Adian Husaini, pendiri dan pengasuh pesantren tersebut mengatakan, bahwa para santrinya rata-rata membawa bekal uang untuk membeli buku, sesuai dengan kemampuannya. Ada seorang santri yang dibekali orangtuanya Rp 1 juta rupiah untuk belanja buku (baca https://dewandakwahjatim.com/2022/08/04/islamic-book-fair-2022satu-gerakan-peradaban/).
Terutama bagi pecinta buku, mengunjungi acara semisal IBF Jakarta adalah sebuah kenikmatan yang luar biasa. Maka, meski tinggal di tempat yang jauh, banyak juga yang datang. Misal, ada yang dari Bandung bahkan dari luar Jawa.
“Ini seperti surga bagi penikmat buku. Saya rela menabung sekadar membeli buku-buku di sini,” kata Muhammad Ihsan – pemuda asal Jawa Barat. Benar, “IBF itu menjadi acara yang selalu saya tunggu setiap tahun. Selain bisa mendapatkan buku relatif murah, di sini juga banyak koleksi buku, mulai dari novel, buku agama, sejarah, sampai komik,” tutur Hafiz – pengunjung asal Sulawesi Selatan (https://langit7.id/).
Baca sambungan di halaman 2: Asa Itu