Literal Vs Komprehensif
Perbedaan kedua, salafi memahami dalil secara literal atau letterlijk sedangkan Muhammadiyah memahami secara utuh, konserhensif, kontekstual, khususnya dalammemahami urusan muamalah.
Mengutip Prof Amin Abdullah MA, dia mengatakan, dalam pemahaman fikih muamalah memperhatikan faktor kekinian dan kedisinian. Jika diabaikan pendekatan faktor kekinian dan kedisinian. bisa mengakibatkan “wagu, kaku, saru”.
“Contoh ketika kita membahas tentang buah. Buah apa yang kita tarik zakat disini? Kalau di Arab sana jawabnya buah kurma atau anggur. Sedangkan kalau dibawa ke Tulungagung bagaiamana?” tanyanya.
Dia melanjutkan, “Mungkin iya benar ada buah kurma dan anggur di Tulungagung. Tapi kalau untuk tanamanya ya tidak tahu. Nah di Tulungagung mungkin adanya pisang atau apel. Mungkin. Dan tanaman buah lainnya. Kontekstualnya di situ.”
Ketiga, salafi penggunaan penalaran secara terbatas sedangkan Muhammadiyah menggunakan penalaran secara luas dan tidak anti dengan madzab imam lainya. “Dan sekali lagi di Muhammadiyah menggunakan dalil yang kuat bukan yang ringan,” tegasnya.
Keempat, dalam memilih fatwa salafi memilih fatwa yang cenderung berat sedangkan Muhammadiyah memilih fatwa yang memberi kemudahan. Contoh yang berat itu misalnya musik ada yang mengharamkan, ada yang tidak mutlak mengharamkan.
“Maka Muhammadiyah tidak mutlak mengharamkan musik, karena hari ini menghidari musik itu sulit nah di Muhammadiyah realistis sehingga tidak dimutlakan haram untuk musik,” terangnya.
“Contoh lainya gambar yang bernyawa juga diharamkan. Maka hidup di hari ini jika dibayangkan sulit sekali. Maka di muhammadiyah tidak mengharamkan karena memikirkan secara menyeluruh,” dia menambahkan.
Kelima, salafi mudah menolok budaya lain terutama budaya dari Barat. Contoh seperti Hari Ibu atau peringatan yang lainya. Sedangkan di Muhammadiyah tidak terlalu mempersoalkan. Jika ingin melakukan boleh jika tidak melakukan juga tidak mengapa.
“Oleh karena itu salafi cenderung dengan budaya Arab dan Muhammadiyah cenderung menyesuaikan dengan budaya yang ada atau kebiasaan,” ujarnya.
Dalam buku Titik Pisah Fikih Salafi-Muhammadiyah Ali Trigiyatno membeberkan 30 titik pisah salafi-Muhammadiyah. Jilid pertama membahas 14 perbedaan dan iilid ketua 16 perbedaan.
Bagi yang ingin membaca secara lengkap titik pisah Salafi-Muhammadiyah bisa memesan buku tersebut ke Lazismu Tulungagung dengan menghubungi nomor layanan 0821-2599-1199 atau langsung ke Kantor Layanan Lazismu Tulungagung Jalan Ade Irma Suryani No 16, Sembung, Tulungagung. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni