Free Writing Buka Materi
Begitu fatoni sampai di depan forum, tanpa ba-bi-bu, dia berucap: “Saya tak perlu mengenalkan diri lagi karena tadi moderator sudah mengenalkan saya.”
Sejurus kemudian dia mengagetkan peserta karena langsung memberi tugas pada peserta. “Tulislah apa saja dalam waktu 10 menit,” instruksinya.
Lulusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Surabaya—kini Universitas Negeri Surabaya (Unesa)—itu mengatakan, untuk menjadi penulis yang baik perlu seseringkali menulis. Menulis apa saja tanpa batasan ejaan, tema, dan lainnya.
“Ini yang disebut free writing alias menulis bebas,” ujarnya. Tulisan apa adanya itu—boleh opini, cerpen, curhat, berita, puisi, atau sebagainya—baru boleh diedit jika akan ditulis serius untuk media.
Selain melakukan free writing setiap hari, sekitar 15-39 menit, Fatoni membuka kunci kedua menjadi penulis yang baik: yaitu rajin membaca. “Membaca apa saja, baik teks yang tertulis maupun teks tak tertulis yang terhampar di lingkungan alam dan sosial,” katanya.
“Membaca adalah kunci penulis, dan setelah membaca jangan lupa untuk mengeskpresikannya lewat tulisan, agar tidak menjadi beban,” ucapnya.
Dia menekankan, “Kita harus banyak membaca karena dengan membaca kita akan menemukan ide-ide untuk membentuk sebuah karya tulisan baik berita, opini, dan lainnya.”
Baca sambungan di halaman 3: Beda Opini dan Berita