PWMU.CO– Peran Ulama dalam perjuangan Indonesia menjadi topik kajian Drs Mohammad Lutfi, Wakil Ketua PDM Kota Surabaya di Ngaji Reboan Spesialis Agustusan di Masjid at-Taqwa Simorejo III PCM Sukomanunggal Surabaya, Rabu (17/8/2022).
Lutfi mengatakan, menyedihkan melihat situasi politik sekarang. Umat Islam dan sebagian ulama disudutkan, dipersekusi, bahkan dikriminalisasi. ”Ada yang ceramah dibubarkan, kritis dikejar-kejar, bahkan dituduh teroris,” katanya.
Padahal, sambung dia, fakta sejarah peran ulama yang dulu berjuang melawan penjajah. ”Para ulama dulu juga dikejar dan dituduh ekstremis , teroris oleh penjajah. Lho kok masih sama kondisinya dengan zaman sekarang,” selorohnya.
Dia menerangkan sejarah perkembangan nusantara di awali abad ke 7, sezaman dengan kehidupan Nabi Muhammad saw, orang-orang Arab bersama pelautnya berdakwah dan mendukung berdirinya Kesultanan Islam di Sumatra. Seperti di Barus bersambung ke Samudra Pasai, Aceh, dan Melayu. Peradaban ini muncul dalam hubungan dagang dan dakwah.
”Dari Sumatra, pengaruh Islam kemudian berkembang ke tanah Jawa hingga berdiri Kesultanan Demak (Raden Patah), Kerajaan Pajang (Sultan Hadiwijaya), Kerajaan Banten (Sultan Agung Tirtayasa), Kerajaan Cirebon (Pangeran Walang Sungsang, putra dari Prabu Siliwangi yang memeluk agama Islam), Kerajaan Mataram (Ki Ageng Sela).
Juga menyebar ke Kalimantan hingga berdiri Kerajaan Banjar (Pangeran Samudra), Kerajaan Kutei (Tuan Tunggang Parangan). Di Sulawesi juga ada Kerajaan Gowa (Sultan Alauddin). Di Maluku, ada Kerajaan Ternate, Tidore, dan Kerajaan Bajan yang wilayah kekuasaanya sampai ke Irian Barat.
”Hampir semua wilayah nusantara dipimpin oleh para sultan muslim. Mereka hidup rukun dengan para penganut agama Hindu atau Budha dalam ikatan muamalah yang damai, saling menghargai dan saling melindungi,” katanya.
Situasi berubah, ujar dia, ketika datang penjajah Eropa dengan misi 3G. Gold, Glory, dan Gospel. Portugis datang di tahun 1511 merebut Malaka kemudian Maluku. Mereka menindas rakyat dengan hubungan kolonialisme dan imperialisme.
Spanyol datang di tahun 1521 melalui wilayah Maluku menyerang Kesultanan Tidore. Akhirnya penjajahan semakin menyebar setelah masuknya Belanda di tahun 1596 di Banten.
Selain eksploitasi, penjajah juga menyebarkan agama Kristen dan Katolik yang menyerang Islam. ”Inilah awal pertikaian agama Islam dan Kristen yang berkelanjutan hingga sekarang,” katanya.
Awal abad 20, tambah dia, pelopor perjuangan juga dari kalangan muslim. Djamiat Choir berdiri di tahun 1905 di Jakarta yang dipelopori oleh syekh-syekh dari Arab Saudi, seperti Syekh Al Fachir bin Abdurahman, Syekh Muhammad bin Abdullah, Syekh Idroes bin Achmad.
Lalu Sarikat Dagang Islam lahir 16 Oktober 1905. Persyarikatan Muhammadiyah, lahir 18 November 1912, yang dilanjutkan dengan perkumpulan wanitanya yang disebut dengan Aisyiyah, pada 21 April 1917.
Persatuan Islam, lahir 12 September 1923, dilanjutkan dengan lahirnya Nahdlatul Ulama, pada tanggal 31 Januari 1926.
”Gerakan-gerakan Islam ini telah membangkitkan semangat untuk lepas dari penjajahan dengan membangun pendidikan dan ekonomi,” kata Lutfi.
”Karena gerakan Islam yang semakin massif ini maka atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa pada hari Jumat tanggal 9 Ramadhan 1364 H bertepatan dengan 17 Agustus 1945, melalui wakilnya Soekarno dan Hatta, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekannya,” tandasnya.
Proklamasi kemerdekaan itu dilakukan di rumah hibah pengusaha Arab Yaman, Syekh Faradj bin Martak.
”Inilah andil besar umat Islam dalam merebut dan menjaga kemerdekaan Republik Indonesia. Maka umat Islamlah sebagai pewaris kemerdekaan ini, harus tetap menjaga semangat dan ghirah untuk tetap menjaga kemerdekaan ini,” ujarnya.
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto