PWMU.CO – KH Djuraid Mahfud, Pembangunan Masjid Al-Manar Akan Jadi Monumen Sejarah Muhammadiyah Surabaya Barat. Wilayah Kecamatan Tandes di Surabaya Barat dikenal sebagai daerah yang kurang berkembang pada dekade 1970-an.
Di wilayah pinggiran yang minus itulah KH Djuraid Mahfud memutuskan untuk berdakwah mengembangkan Muhammadiyah. Setengah abad berselang Muhammadiyah berkembang pesat di wilayah Surabaya Barat.
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Tandes tengah menyelesaikan pembangunan Masjid Al-Manar di Kelurahan Bibis Manukan Wetan, Tandes. Masjid ini akan menjadi tetenger atau monumen sejarah perkembangan Muhammadiyah di wilayah Surabaya Barat.
‘’Masjid Al-Manar mempunyai kaitan sejarah yang kuat dengan perkembangan Muhammadiyah di wilayah Surabaya Barat,’’ kata Ketua Panitia Pembangunan Masjid Al-Manar, Drs Sawa’i, Selasa (16/8/2022).
Bernilai Sejarah
Menurut Sawa’i Masjid Al-Manar mempunyai nilai sejarah karena berada pada lokasi kediaman almarhum KH Djuraid Mahfud di Kelurahan Bibis Tama, Manukan Wetan, Tandes.
Sejak era 1970-an Kiai Djuraid mengembangkan Muhammadiyah di wilayah Tandes dengan berdakwah langsung dan mendirikan sekolah. ‘’Masjid Al-Manar bisa disebut sebagai cikal bakal perkembangan Muhammadiyah di Surabaya Barat,’’ kata Sawa’i yang juga menjadi Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Manukan Wetan.
Pada masa-masa awal dakwah Kiai Djuraid mendirikan Madrasah Matlabul Huda di Manukan Kulon dengan bantuan warga setempat. Ketika itu jumlah murid masih minim. Tapi lama kelamaan madrasah itu berkembang cukup baik.
Sekarang Matlabul Huda sudah berubah menjadi SD dan SMP Muhammadiyah XIV dengan bangunan dua lantai. Di kompleks sekolah tersebut juga berdiri Masjid Al-Ittihad yang dibangun atas inisiatif Kiai Djuraid dan warga Muhammadiyah Manukan Kulon pada 1970-an.
Kiai Djuraid melakukan kegiatan dakwah ke seluruh wilayah Surabaya. Awalnya Kiai Djuraid banyak melakukan dakwah di Manukan Kulon dan wilayah Surabaya Barat sampai ke daerah Benowo dan bahkan ‘menyeberang’ sampai ke kecamatan Cerme, Kabupaten Gresik. Kiai Djuraid juga mengembangkan dakwah ke daerah penghasil ikan tambak, Buntaran, yang sekarang mempunyai perguruan Muhammadiyah dan masjid yang besar.
Dakwah Kiai Djuraid mengembang sampai ke wilayah utara seperti Greges, Tambak Osowilangun, sampai ke Asemrowo. Ke arah timur berkembang ke Simomulyo, Banyuurip, Kupang Krajan. Selain itu Kiai Djuraid juga mengembangkan dakwah Muhammdiyah di Keputih, Kecamatan Sukolilo, yang sekarang menjadi salah satu basis Muhammadiyah yang cukup kuat.
Menusun Buku Sejarah
Ketua PCM Tandes, Mashudi, mengatakan saat ini pihaknya tengah menyusun buku mengenai sejarah perkembangan dakwah Muhammadiyah di Tandes. Dalam buku itu akan diceritakan juga profil Kiai Djuraid dan kisah perjuangan dakwah Muhammadiyah di Tandes dan sekitarnya.
Pembangunan Masjid Al-Manar akan menjadi bagian dari tapak tilas sejarah perkembangan Muhammadiyah di Tandes. ‘’Masjid Al-Manar nantinya sekaligus menjadi tetenger sejarah, karena masjid itu berada di kompleks rumah keluarga Kiai Djuraid,’’ kata Mashudi.
Masjid Al-Manar berdiri di atas tanah 200 meter hasil dari wakaf keluarga Kiai Djuraid. Rencananya masjid tersebut dibangun dua lantai dan sekaligus akan menjadi gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah Manukan Wetan. Sekarang pembangunannya sudah mencapai sekitar 50 persen.
‘’Biaya yang kami butuhkan sekitar Rp 1,2 miliar. Kami mengetuk hati para dermawan untuk memberikan infak, karena masjid ini mempunyai nilai sejarah penting bagi perkembangan Muhammadiyah di Surabaya,’’ kata Mashudi. Dia menambahkan bagi yang ingin berinfak membantu penyelesaian pembangunan Masjid Al Manar bisa menyalurkan melalui BSI Nomor Rekening 7193677098 atas nama Masjid Al-Manar Manukan Wetan. Atu menghubungi Ketua Panitia Pembangunan Masjid Al-Manar, Sawa’i di nomor 087866774843.
Selain melakukan dakwah berkeliling Kiai Djuraid juga memberi pengajian di rumahnya. Setiap pagi banyak ‘santri’ yang mengaji dari berbagai kalangan, mulai dari karyawan, pekerja kantor, dan mahasiswa.
Saat ini banyak santri yang sudah menjadi tokoh masyarakat. Antara lain Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Syafiq A. Mughni MA, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya Dr dr Sukadiono MM, Anggota Komisi X DPR RI dari PAN Prof Dr Zainuddin Maliki MSi, Guru Besar UIN Surabaya Prof Achmad Jainuri, Guru Besar Ekonomi Syariah Unair Prof Ali Mufrodi, dan beberapa tokoh lain. (*)
Penulis Dhimam Abror Editor Mohammad Nurfatoni