Memondokkan Anak di Pesantren Harus Ikhlas seperti Nabi Ibrahim: Liputan Candra Dwi Aprida, kontributor PWMU.CO Trenggalek.
PWMU.CO – Keluarga besar Muhammdiyah Boarding School (MBS) Trenggalek menggelar Pengajian Umum di Halaman Masjid Baitul Arqam Kampus Putra Pogalan, Trenggalek, Sabtu (13/8/22).
Pengajian yang diadakan dalam rangka Milad Ke-6 MBS Trenggalek itu dihadiri oleh keluarga besar MBS Trenggalek, organisasi otonom Muhammdiyah, simpatisan Muhammadiyah, dan masyarakat sekitar.
Direktur MBS Trenggalek Anang Wahid Cahyono Lc MHI menyampaikan beberapa pesan, khususnya kepada para wali santri.
“Njenengan (para wali santri) harus yakin, putra-putri Njenengan semua hari ini sedang belajar di MBS itu dalam kondisi yang baik-baik saja dan aman,” jelasnya.
Dia lalu bercerita tentang Nabi Ibrahim yang telah diabadikan Allah SWT dalam Ibrahim ayat 37.
Allah memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim untuk mengisolasi anaknya. Anak kesayangan—yang ditunggu selama bertahun-tahun— dan ibunya, Siti Hajar, di lembah yang tandus, tidak ada tanaman, dan tidak ada air.
“Ismail yang masih kecil itu digendong sama ibunya, diantar sama bapaknya ke suatu lembah, suatu tempat yang tidak ada tanaman, tidak ada air, tidak ada kehidupan. Ditaruh, ditinggali air satu teko sama satu keranjang kurma,” jelasnya.
Kemudian, lanjutnya, Nabi Ibrahim berkata: “Wahai istriku, aku tinggalkan engkau bersama Ismail di sini.”
Nabi Ibrahim pun kemudian pamit, ketika itu Siti Hajar memanggil suaminya Ibrahim dengan bertanya. “Wahai Ibrahim, apakah yang menyuruhmu menaruh kami di sini ini adalah Allah?”
Nabi Ibrahim tanpa menoleh mengucapkan “Na’am. Iya. Allah yang menyuruhku (menjawab tanpa menoleh).”
“Kenapa Nabi Ibrahim tanpa menoleh?” tanya Ustadz Anang retoris.
“Karena, kalau Nabi Ibrahim menoleh, bisa jadi hatinya akan luluh! Dia tidak akan rela meninggalkan anak kesayangannya di Mekkah yang pada saat itu belum ada kehidupan. Dan mungkin dia akan menunggu Ismail di tempat itu dengan Siti Hajar,” jelasnya.
“Maka bismillah, saya tidak akan menoleh dengan mengucapkan na’am, kemudian baru menolehnya setelah sampai Bukit Sofa,” lanjutnya.
Setelah sampai Bukit Sofa Nabi Ibrahim menghadap ke Ka’bah sambil berdoa:
رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ
“Ya Allah, niat saya menaruh Ismail dit empat yang tidak ada kehidupan, tidak ada fasilitas, tidak ada kemewahan disitu, yang aku minta tiga ya Allah. Agar anakku bisa menjadi anak yang mau menegakkan shalat.”
Baca sambungan di halaman 2: Tujuan Memondokkan Anak