Tanpa Rahasia
Bersiaplah tatkala syariat telah mengesahkan dua makhluk hamba Allah berkumpul menjadi raja sehari, suami istri. Pada awal pertemuan rumah tangga dibina bersama hampir selalu terjadi kejutan yang muncul dari pasangan sebelumnya tak pernah diketahui. Yang terpenting sadarilah pergaulan yang tidak terbatas dan luas itu akan lebih mengenal tabiat dengan plus minusnya.
Rasanya sudah tidak ada rahasia lagi di antara keduanya. Berpikirlah positif bahwa kejelekan yang sedikit itu akan tertutupi kebaikan yang lain, Insya Allah jumlahnya tak terhitung. Bukalah mata hati selebar-lebarnya pada masa bulan madu di samping masa kebahagiaan yang tak ternilai harganya, juga masa penjajakan terhadap karakter masing-masing yang berbeda.
Jangan kaget jika seusai menikah, watak aslinya muncul ke permukaan. Karena itu, yang harus dipersiapkan adalah kedewasaan baik secara biologis, terlebih lagi secara psikologis. Peran penghayatan agama sangat penting. Kembalikan permasalahan yang muncul dengan penyelesaian berakhlakul karimah.
Pada dasarnya perkawinan dapat dikatakan suatu relasi manusia yang paling intim, sejauh suami istri sungguh-sungguh bersatu. Hal ini hanya akan terlaksana kalau ada komunikasi. Jika mau mencapai kesatuan hati dan pikiran, dibutuhkan saling mengungkapkan sepenuh hati.
Jika hal ini sudah dilakukan, langkah selanjutnya adalah berusaha menyelami lebih mendalam antara pasangan dengan cara yang sangat intim. Akan tetapi, hal ini tidak akan tercapai apabila tidak ada komunikasi dan dialog yang intens (Suhirman: 2006).
Adakah di antara kedua calon pengantin punya masalah berat yang belum terselesaikan? Berdiskusilah untuk menyelesaikan agar tidak menjadi “pekerjaan rumah”. Adakah tersimpan rahasia yang belum diketahui pasangan masing-masing. Sudah saatnya saling terbuka, jangan sampai nantinya terkuak malah melalui orang lain.
Dua Kasus
Dua kali saya menghadapi seseorang mau menikah belum tuntas menyelesaikan masalah internal dirinya.
Pertama, diketahui persoalan keluarganya masih mengganjal. Ia sepenuhnya tidak mampu memaafkan tragedi yang terjadi di keluarganya. Peristiwa itu sudah terjadi dan tak mungkin merajutnya utuh kembali. Jalan satu-satunya ialah merelakan dan mendoakan peristiwa tersebut berhikmah. Berserahlah kepada Allah, supaya tidak menjadi beban dirimu, begitulah nasehat saya.
Kedua, ia menangisi peristiwa yang menimpa dirinya. Pacarnya berkhianat meninggalkannya. Saya pun memberi supporting. Lagi dan lagi, jalan keluarnya hanya memaafkan. Memaafkan dia dan memaafkan dirimu sendiri agar dadamu tidak berkepanjangan dibuatnya pekat. Memang perih, bagaikan mencabut duri yang menancap di hati. Mau membiarkan terus terpasung kepedihan atau menjerit sebentar, lalu sembuh.
Pasangan pengantin baru menemui saya, curhat apakah pernikahannya sah. Saya terkejut dibuatnya karena ikut diundang menjadi saksi ijab nikahnya. Kata yang wanita, “Saya curiga ayah itu bukan bapak saya.” Ia ingat ketika masih kecil sering diajak main ke seseorang oleh ibunya. Saya selalu digendong olehnya, merasakan disayanginya.
“Kalau hanya berandai-andai mamamu dulu berpacaran lengket sebelum dinikahi papamu, tidak bisa dijadikan alasan. Itu urusan orangtuamu kalian tidak perlu menyelidikinya,” nasihat saya.
“Andaikan benar kalian itu hasil selingkuh, perjodohanmu tetap sah,” kata saya.
Nabi pernah didatangi seorang gadis. “Ya rasul, saya dinikahkan oleh abi saya tanpa meminta izin lebih dahulu, bagaimana ini?”
Jawab Rasulullah, “Boleh kalian menerima dan boleh juga engkau menolaknya.”
Jika tidak sampai hati menyampaikan masalah yang pernah terjadi dan masih trauma untuk dibuka secara transparan terhadap pasangan, carilah mediator dari para senior. Kalau dipandang perlu datanglah ke seorang ahli untuk berkonsultasi.
Bacalah buku-buku tentang nasihat perkawinan. Perkaya pemahaman seluk-beluk pengetahuan yang melingkupi hidup berumah tangga. Bermunajatlah di sepertiga malam terakhir kepada Ilahi. Mengaduhlah kepada Yang Maha Pengatur kehidupan, perihal persoalan yang sedang melilit kehidupan baru sebagai pasangan.
Banyak terjadi kericuhan, perseteruan, dan berakhir dengan perceraian diakibatkan oleh rahasia pasangannya baru terkuak di kemudian hari. Yang merasa dikhianati tidak bersedia memaafkan karena pasangannya tidak pernah terbuka bicara dari hati ke hati sebelumnya.
Niatan berumah tangga dengan menerima pasangan apa adanya perlu disadari sejak awal. Bahwa yang sudah berlalu biar berlalu, dikubur bersama, dikembalikan sepenuhnya kepada Yang Maha Agung. Kewajiban sebagai manusia yang tak luput dengan kesalahan segera mohon ampunan llahi. Bertobat nashuha berjanji tidak mengulangi kesalahan yang telah lalu.
Baca sambungan di halaman 3: Pentingnya Memaafkan