PWMU.CO – Tulisan reproduktif, apa itu? Prof Dr Biyanto MAg menekankan pentingnya menulis yang reproduktif kepada peserta Workshop Penulisan Buku Sekolah Istimewa Muhammadiyah, Selasa (23/8/2022).
Ia mengatakan, tulisan baik itu yang reproduktif. “Itu kalau saya nulis, pembaca bisa memahami tulisan yang saya maksud. Jadi harus diterima dan dimaknai pembacanya sesuai dengan makna yang ingin disampaikan,” tegasnya.
Dalam kegiatan yang digelar di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Prof Biyanto memotivasi peserta untuk terus semangat menulis. Ia juga mengingatkan untuk menggunakan bahasa yang baik, ringkas, dan mudah dipahami.
“Cek di PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Jadi nulisnya satu jam, ngedit-nya 10 menit saja,” ujarnya disambut tawa peserta.
Guru Besar Ilmu Filsafat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya itu berharap peserta menggunakan ejaan, tanda baca, dan struktur kalimat yang benar. “Peletakan tanda baca bisa mengubah makna. Karena itu menjadi penting,” tegasnya.
Penulis seperti Wartawan
Pria kelahiran Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren, Kabupaten Lamongan, 10 Oktober 1972 itu mengatakan, tugas penulis itu seperti wartawan, reporter, atau jurnalis. “Jadi tugas Bapak dan Ibu nanti ya memotret performance sekolah/madrasah masing-masing,” ujarnya.
Ia lalu menanyakan ke beberapa peserta, keunggulan sekolah mereka. “Menjadi penting melihat dari dekat sekolah kita. Perform itu ya kinerja, tampilan, keunggulan, ya macam-macam,” kata dia.
Maka, lanjutnya, yang ditulis nanti adalah yang paling penting dan menarik dari yang sudah dilakukan. “Usahakan fokus pada keunggulannya,” ujar Prof Biyanto.
Penulis opini di berbagai media massa itu membagikan resep menulis kepada peserta. “Resepnya itu 3M, yaitu menulis, menulis, menulis,” ungkapnya disambut tepuk tangan peserta.
Menurutnya, menulis itu proses yang tak pernah selesai. “Jadi tidak ada tulisan yang baik, karena semua itu berproses,” ujarnya.
Is berharap para peserta dapat memanfaatkan kegiatan ini dengan semaksimal mungkin. “Kesempatan ini luar biasa karena Bapak dan Ibu didampingi oleh mentor yang luar biasa pula,” ungkapnya. (*)
Penulis Ria Pusvita Sari