Menjauhkan Diri dari Kotornya Hati
Oleh karena itu Sholihin Fanani mengajak jamaah untuk menghindarkan diri dari jiwa yang kotor. Hal tersebut menjadi salah satu kunci membangun peradaban keilmuan dan peradaban Islam.
Ia mengajak jamaah untuk menghindari tiga hal, yaitu hasad yang berpotensi mengganggu ketenangan jiwa. Kedua nifaq atau tidak dapat dipercaya perkataannya. Dan ketiga adalah sombong.
“Hindari ketiganya dan lakukan pula tiga hal yang akan membuat hati kita menjadi bersih,” tutur Sholihin Fanani.
Tiga hal ini yang dimaksud adalah, pertama mendidik diri untuk mengendalikan kemauan (tarbiyatul iradah) yang sifatnya keinginan, bukan kebutuhan. Kedua menempuh thariqah al-malaikah, menempuh jalan malaikat atau jalan suci. Ketiga senantiasa mengikuti jalan atau aturan Allah yang disebut thariqah al-Ilahiah.
Menurut Al-Ghazali dalam teori irfaniyah disebutkan ada tiga cara dalam membersihkan jiwa, yakni: pertama, menguras atau taqalliah, bermakna menguras kotoran dalam jiwa dan membersihkannya.
Kedua, setelah bersih maka harus diisi tahalliah. Ini dapat dilakukan dengan memperbanyak kebaikan melalui lisan maupun tindakan.
Ketiga, tajalliah atau menghadirkan, maksudnya ialah menghadirkan Allah dalam setiap urusan kita.
“Hal tersebut juga menjadi pondasi dalam bekerja. Semakin tinggi kebersihan jiwa seseorang maka semakin tinggi kinerjanya,” ujarnya.
Bersihnya Hati, Giatkan Bekerja
“Orang bekerja akan ditolong Allah, maka harus meyakini bahwa kerja adalah perintah Allah,” Sholihin Fanani menuturkan. Menurutnya, dalam bekerja dibutuhkan hati yang bersih, dan harus penuh keyakinan dalam menjalankannya.
Melanjutkan penjelasannya Sholihin Fanani menyebutkan keyakinan-keyakinan yang harus dipegang dalam bekerja.
Pertama, bekerja adalah perintah Allah. Kedua, jika kita bekerja maka akan datang pertolongan Allah. Ketiga, pekerjaan kita akan dibalas oleh Allah. Keempat, yakin bahwa Allah Maha Melihat dan Dia melihat apa yang kita kerjakan. Dan terkahir, setiap pekerjaan akan dimintai pertanggungjawaban.
“Jika kita bisa menghindarkan diri dari apa yang membuat rizeki kita menjadi tidak halal, maka Allah akan mengganti usaha kita tersebut dengan rezeki yang halal dan berkah,” tegasnya.
Sebelum menutup kajian, Sholihin Fanani kembali memberikan menegaskan membangun peradaban Islam dapat diimplementasikan dengan mengadaptasi cara beragama menurut KH Ahmad Dahlan, yakni mempelajari, memahami, mengamalkan, lalu mendakwahkan Islam. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni