Masjid Ramah Anak UMG, SD Mugeb Biasakan Siswa Jamaah ke Sana; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Pukul 11.15 WIB, sebagian siswa kelas V SD Muhammadiyah 1 GKB (SD Mugeb) Gresik, Jawa Timur, membentuk barisan rapi nan panjang di pagar timur. Ada dua barisan, siswa laki-laki dan perempuan. Sebagian lainnya masih antre berwudhu pada tempat wudhu di dekatnya.
Setelah siswa kelas V itu lengkap, para wali kelas membuka gerbang sekolah. Mereka mendampingi siswa berjalan rapi satu baris di sebelah kiri jalan menuju Masjid Al-Khoory Kampus Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) KH Faqih Oesman yang berjarak sekitar 200 meter. Pembiasaan ini berulang setiap pukul 11.15 dan 14.15 WIB, alias saat menjelang adzan Dhuhur dan Ashar.
Sesampainya di masjid dalam kondisi telah berwudhu, mereka meletakkan sandal di halaman masjid dengan rapi. Sementara itu, dua guru di antaranya terjadwal berdiri di pintu masuk masjid untuk mengecek doa dan mengingatkan langkah kaki ketika masuk maupun keluar masjid.
Para siswa laki-laki maupun perempuan langsung menempati shaf depan. Barulah mengular di shaf belakangnya. Setelah menggelar sajadah, masih dalam keadaan tertib mereka mengenakan mukenah.
Sementara itu, bagi siswi yang sedang berhalangan shalat, mereka tetap ke masjid. Tapi mereka duduk di pelatarannya sambil merapikan sandal teman-teman dan guru mereka. Misalnya, Senin (5/9/22) siang, beberapa siswa tampak bersemangat merapikan sandal-sandal di sana.
Mereka adalah Earlyta Quinnindya R Syahies, Saskiara Kalyanaima Pustoko, Dini Izzatu Nafsi, Naysilla Khilfah Arokhima, dan Alanna belvania.
Temukan Masjid Ramah Anak
Wakil Kepala Sekolah Bidang Pembinaan dan Pengembangan Karakter Nur Hamidah SPd menyatakan, sangat bersyukur pihaknya menemukan masjid ramah anak. “Sejalan dengan budaya yang kita bangun di sekolah ramah anak ini,” ujarnya.
Pembiasaan ini, kata Mida–sapaannya–bagian dari upaya sekolah untuk menanamkan anak-anak suka ke masjid. “Kita terjunkan langsung anak-anak ke masjid, membuat mereka nyaman beribadah di masjid,” ungkap ibu dua anak itu.
Ke depannya, Mida berencana akan banyak kelas yang akan dibiasakan shalat Dhuhur dan Ashar di masjid juga. Katanya, sejauh ini memang masih siswa kelas V yang diajak shalat di masjid. “Sebagai percontohan dan perhitungan apakah siswa SD Mugeb lainnya cukup shalat di sana,” terangnya.
Oleh karena itu, Mida berencana izin kepada takmir masjid untuk menambah kuota jamaah siswa kelas VI. “Bertahap karena masjid juga masih dalam tahap pembangunan,” ujarnya sambil melihat lantai dua masjid itu yang sedang dibangun.
Dia juga bersyukur, di sana ada program kultum usai shalat Dhuhur. Mida menilai, “Jadi lebih mudah menyampaikan pesan-pesan moral dan nilai-nilai baik kepada siswa secara klasikal.”
Ibadah Sesama Manusia
Bakda shalat Dhuhur, Senin (5/9/22), suasana masjid masih hening. Para jamaah, termasuk siswa kelas V SD Mugeb, khusyuk berdzikir dan berdoa. Kemudian mereka hampir bersamaan beranjak shalat sunnah Rawatib. Semua itu mereka lakukan tanpa disuruh. Mengingat hal ini sudah menjadi bagian pembiasaan di sekolah ramah anak itu.
Usai shalat sunnah, mereka tetap tertib. Giliran Dosen Pendidikan Agama Islam UMM Ahmad Abdul Kholid MPd naik ke mimbar. Setiap bakda Dhuhur, pasti ada salah satu dosen yang terjadwal kultum di sana.
Kali ini, Kholid–sapaannya–menekankan, ibadah dalam Islam bukan hanya antara manusia dengan Allah tapi juga hubungan antara sesama manusia. “Ini menjadi bagian ibadah yang oleh Allah dinilai penting!” tegasnya.
Dia lantas menerangkan lewat firman Allah pada at-Taubat ayat 103.
خُذۡ مِنۡ اَمۡوَالِهِمۡ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيۡهِمۡ بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡؕ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمۡؕ وَاللّٰهُ سَمِيۡعٌ
Artinya, “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Dari ayat itu, kata Kholid, Allah SWT sesungguhnya selain menganjurkan manusia untuk menyembah-Nya juga memerintahkan untuk punya hubungan yang baik di antara manusia yang baik. Dia lantas menegaskan pentingnya manusia punya kesadaran sosial.
Dia pun menukil al-Baqarah ayat 254.
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡۤا اَنۡفِقُوۡا مِمَّا رَزَقۡنٰكُمۡ مِّنۡ قَبۡلِ اَنۡ يَّاۡتِىَ يَوۡمٌ لَّا بَيۡعٌ فِيۡهِ وَلَا خُلَّةٌ وَّلَا شَفَاعَةٌ ؕ وَالۡكٰفِرُوۡنَ هُمُ الظّٰلِمُوۡنَ
Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari ketika tidak ada lagi jual beli, tidak ada lagi persahabatan dan tidak ada lagi syafaat. Orang-orang kafir itulah orang yang zhalim.”
Dua ayat ini, kata Kholid, semoga menjadi dorongan untuk menyalurkan derma melalui Lazismu UMG. “Dengan berbagai program yang telah kita jalankan. Misal dengan memberi beasiswa yang kurang mampu atau ditinggal meninggal orangtuanya akibat Covid-19 kemarin,” ujarnya.
Berlomba Infak
Menyadari sebagian besar jamaah masjid siang itu adalah siswa SD Mugeb, Kholid lantas mengajak mereka memahami lewat contoh konkret. “Adik-adik sudah biasa berbagi saat Jumat Berkah, ya,” ujarnya.
Kemudian dia bertanya, “Infaknya berapa?” Jawaban siswa beragam. Ada yang mengatakan Rp 5 ribu sampai Rp 50 ribu.
“Sepuluh ribu rupiah. Subhanallah! Semoga saya bisa mengalahkan kamu, Dik. Aamiin. Saya termotivasi jadinya. Anak-anak Rp10 ribu dan sebagainya,” ujarnya lantas memotivasi jamaah dosen UMG agar tak kalah semangat menyisihkan sebagian hartanya untuk zakat dan infak.
“Semoga Rp10 ribunya adik-adik di SD Mugeb bisa kita kalahkan! Setidaknya sebagian bisa kita infakkan dan sedekahkan untuk perjalanan dakwah membersihkan harta kita,” tuturnya. (*)