Kalau Prof Abdul Mu’ti Jadi Calon Presiden, Pemilihnya 95 Persen; Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah. Editor Mohammad Nurfatoni.
PWMU.CO – Komentar lucu para tokoh mewarnai peluncuran buku Guyon Maton: Lucu Bermutu ala Muhammadiyin yang ditulis Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd, Jumat (9/9/22).
Ketua PP Muhammadiyah sekaligus Dubes Republik Indonesia (RI) untuk Lebanon HE Hadjriyanto Y. Thohari orang pertama yang menyampaikan komentar lucunya.
Nyatanya, dia sudah melucu sejak awal menyapa para tokoh undangan dan sang penulis. “Yang saya hormati, Wakil Ketua MPR RI Dr Ahmad Basaroh. Dulu namanya bukan Ahmad Basaroh ya, tapi saya tidak akan cerita nanti tidak lucu,” ujarnya. Para peserta yang duduk lesehan di hadapannya langsung tertawa.
Kemudian dia juga menyapa Duta Besar Ukraina untuk RI HE Vasyl Hamianin, mantan Dubes RI untuk Korea Selatan Umar Hadi, dan Romo Benny Susetyo.
Hajri–sapaannya–kembali berulah saat menyapa Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr Ma’mun Murod MSi.
“Yang saya hormati Pak Rektor UMJ. UMJ itu Universitas Muhammadiyah Juga,” kelakarnya disambut tawa spontan hadirin.
Lagi-lagi dia sukses bikin peserta gerr-gerran setelah mengungkap singkatan UMJ pada zaman dulu. “Dulu singkatannya bukan itu, tapi Universitas Masuk Jurang. Karena begitu ada jalan itu kan masuk,” ujar Hajri. Tangannya lincah memeragakan jalan yang bergelombang. “Ya di Muhammadiyah Juga,” imbuhnya setelah tawa peserta mereda.
Paduan Aktivis dan Intelektual
Terakhir, Hajri menyapa sambil memuji si penulis. “Tentu saja yang tidak boleh sama sekali dilupakan adalah Sekretaris Umum PP Muhammadiyah yang penulis buku produktif,” ucapnya.
“Berapa buku yang sudah ditulis? Belasan ya, memang dalam diri Pak Abdul Mu’ti ini perpaduan antara aktivis dan intelektual. Intelektualnya, beliau doktor dan profesor,” ungkap Hajri. Prof Mu’ti menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Flinders Australia dan doktoralnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bukan hanya itu, menurutnya, Abdul Mu’ti orang yang sangat setia dengan Muhammadiyah. Pernyataan ini mengundang tepuk tangan peserta. “Karena Pak Abdul Mu’ti ini tidak pernah masuk organisasi lain selain Muhammadiyah,” spontan para hadirin gerr-gerran di sana.
“Ini mirip Prof Dr Haedar Nashir. Orang yang sangat loyal dan setiap kepada Muhammadiyah dan nggak pernah mau ke mana-mana. Saya rasa itu akan menjadi dalil, yang pergi ke mana-mana itu kurang loyal kepada Muhammadiyah,” sambungnya kembali membuat peserta tertawa.
Hajri terus melontarkan joke (guyonan). “Kalau kita cermati, buku Pak Abdul Mu’ti ini kebanyakan, sebagian besar kalau bukan seluruhnya, itu joke-joke yang disampaikan dalam ceramah internal Muhammadiyah. Karena memang Pak Abdul Mu’ti ini penceramah yang andal, lucu, canggih, cuma kebanyakan disampaikan di internal Muhammadiyah. Itu saja juga menunjukkan betapa Pak Abdul Mu’ti ini orang yang sangat loyal kepada Muhammadiyah,” ujarnya.
“Saya yakin, kalau Pak Abdul Mu’ti menjadi calon presiden Republik Indonesia, 95 persen memilih Pak Abdul Mu’ti. Yaitu 95 persen orang Muhammadiyah,” lanjutnya yang lagi-lagi bikin peserta terpingkal-pingkal.
Karena beliau loyal, lanjutnya, sehingga praktis Abdul Mu’ti tokoh Muhammadiyah yang tidak terkontaminasi atau teracuni oleh organisasi lainnya. “Kita bangga memiliki tokoh seperti beliau!” tegasnya, kali ini serius.
“Saya rasa buku ini menarik bagi kita sekalian. Cara peluncuran buku ini, meski acaranya tidak begitu lucu, tapi ya lumayan,” kelakarnya.
Tambah Dimensi Kemuhammadiyahan
Dia lantas ingat sebuah cerita lucu dari kampungnya di Karanganyar Solo, kampung Muhammadiyah. “Kampung saya relatif santri tapi sekitarnya tidak santri, maka dulu ada penyewaan tape (radio).
Tape itu disewa saat ada hajat, seperti khitanan, pernikahan, atau kematian. “Cuma karena tidak kaya kasetnya, kaset ngajinya surat ar-Rahman yang diulang-ulang. Jadi setiap orang mendengar bunyi tape itu, fabiayyi ala i rabbi kuma tukang dziba, orang pasti bertanya siapa yang ‘fabiayyi‘ (maksudnya, siapa yang meninggal),” ucapnya.
Karena daerah abangan, sambung Hajri, tentu ada konflik antara santri dengan abangan. Mereka saling sinis. Kalau ada pemilihan di desa, kata dia, yang satri tidak pernah menang. “Seperti pilpres,” candanya.
Beberapa detik kemudian dia terdiam, lalu bertanya, “Apa lagi, ya?” Hajri pun melihat catatan di ponselnya. Spontanitas itu membuat penonton tertawa lagi.
Dia lantas menyudahi komentar lucunya. “Ya sudahlah itu saja, gantian sama yang lain. Mudah-mudahan agak lucu sedikit, nggak jauh-jauh sama pembawa acara,” ujarnya.
Setelah menutup itu, dia lanjut melontarkan joke untuk pembawa acara. “Pembawa acaranya kelahiran Lamongan. Lamongan itu ibukota perkaderan Muhammadiyah. Jadi memang banyak sekali pimpinan Muhammadiyah berasal dari Lamongan. Ya mudah-mudahan pembawa acara ini tidak pergi jauh dari Muhammadiyah,” celetuknya.
Akhirnya, dia mengucap selamat untuk Mu’ti atas terbitnya buku itu. “Saya rasa akan membawa manfaat besar untuk menambah dimensi Kemuhammadiyahan. Di samping yang serius-serius juga banyak yang lucu,” ungkapnya.
Begitulah komentar lucu berupa roasting Hajriyanto untuk Abdul Mu’ti dan buku terbarunya. Komedian Yusril Fahriza yang menjadi MC siang itu memuji roasting Hajriyanto.
“Terima kasih Pak Hadjriyanto yang sudah menaruh standar cukup tinggi untuk komentar lucunya,” ujarnya.
Dikutip dari Liputan6.com roast di ranah komedi berarti perbuatan untuk menghormati seseorang dengan cara yang unik. Yaitu bisa berisi lawakan dan komedi yang menghina, tapi bisa juga memasukkan unsur pujian dan pengakuan yang tulus. (*)