Tawa ke-12 dari peserta Tanwir Muhammadiyah kembali berderai pada menit ke-14 detik ke-11. Kali ini berakitan dengan rencana Presiden Jokowi untuk membagikan lahan yang diambil kembali dari beberapa taipan karena tidak digunakan secara produktif, yang jumlahnya mencapai 12,7 juta hektar. Lahan ini rencananya akan dibuat skema-skema khusus: entah untuk rakyat atau koperasi atau lain sebagainya.
“Dengan catatan lahan itu harus produktif. Dan tidak bisa dijual lagi,” kata Jokowi yang disambut tawa peserta Tanwir.” Kuncinya harus di situ. Percuma dibagi-bagi, kemudian dibeli lagi oleh yang itu lagi,” tegas Jokowi.
(Baca juga: Gaya Dai Cilik Wildan Sentil Gubernur Maluku di Tanwir Ambon)
Tawa ke-13 dari peserta Tanwir Muhammadiyah kembali berderai pada menit ke-22 detik ke-40. Kali ini terkait denga tugas pemerintah untuk merombak model pendidikan SMK agar benar-benar menghasilkan lulusan yang mumpuni. “Karena itu saya menugaskan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, kebetulan dari Muhammadiyah. Bukan kebetulan, tapi memang dari Muhammadiyah,” kata Jokowi tentang sosok Prof Muhadjir Effendy yang memang juga salah satu Ketua PP Muhammadiyah.
Tawa ke-14 dari peserta Tanwir Muhammadiyah kembali berderai pada menit ke-22 detik ke-49. Kali ini juga masih terkait dengan Mendikbud, yang dicari Jokowi. Jokowi mengaku sebelum masuk arena Tanwir memang belum bertemu dengan Muhadjir.
(Baca juga: 4 Alasan Tanwir Muhammadiyah 2017 Ditempatkan di Ambon)
“Profesor Muhadjir, nggak hadir?” tanya Jokowi. Kemudian dijawab sendiri oleh Jokowi dengan pertanyaan: “masak berani nggak hadir?” yang kemudian disambut tawa peserta Tanwir. “Oooo, ada. Tadi belum ketemu,” terang Jokowi setelah melihat Muhadjir sudah dalam ruangan.
Tawa ke-15 atau terakhir dari peserta Tanwir Muhammadiyah terjadi pada menit ke-24 detik ke-36. Hal ini terkait dengan tugas Mendikbud untuk merombak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan menjadikannya vocational school dan vocational training. Menurut Jokowi, 78 persen guru SMK seharusnya pelatih dalam membuat pintu, merangkai otomatif, mengelas, membangun bangunan, dan sejenisnya.
(Baca juga: Di Depan Presiden Jokowi, Haedar Nashir: Tidak Boleh Ada Tangan Perkasa Mendikte, Menyandera, dan Menguasai Indonesia)
Sayangnya, fakta di Indonesia terkini, tambah Jokowi, ternyata 80 % guru SMK bukan pelatih, melainkan guru “normatif”. “Guru normatif itu guru Pancasila, Bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Kimia, Matematika, sehingga keluarnya juga hampir mirip-mirip dengan SMA. Skillnya tidak dimiliki,” terang Jokowi.
“Inilah problem besar kita yang baru saja dirombak habis-habisan oleh Profesor Muhadjir. Saya tidak tahu selesainya kapan. Tapi saya pingin, secepatnya ini selesai,” terang Jokowi tentang instruksinya kepada Mendibud. “Sehingga saya lihat beliau semakin kurus,” kata Jokowi menilai penampilan fisik Muhadjir Effendy yang disambut tawa peserta Tanwir.
Di akhir sesi, Jokowi mengucapkan selamat melaksanakan Tanwir dan berharap dari acara ini melahirkan berbagai gagasan berkemajuan untuk mewujudkan kedaulatan dan eadilan sosial di tanah air. “Dan dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, maka saya buka Tanwir Muhammadiyah tahun 2017,” kata Jokowi sebelum diakhiri dengan salam. (iqbal & raya)