PWMU.CO– Kiat menghadapi masalah kehidupan disampaikan oleh Mahsun Djayadi, dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya dalam Ngaji Reboan di Balai Sasana Krida RW 4 Tuwowo Tambaksari, Rabu (14/9/2022) bakda Isya.
Mahsun Djayadi menuturkan, hidup itu tidak lepas dari masalah. Masalah muncul bagi kita yang masih hidup. Jika kita sudah tidak bernyawa lagi, barulah dikatakan tidak punya masalah lagi.
”Dampak pandemi Covid-19 menimbulkan masalah, BBM naik pasti jadi masalah, harga sembako merangkak naik juga masalah, penghasilan pas-pasan juga masalah,” katanya.
Lalu dia menyitir al-Quran surat al-Baqarah: 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَىْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
”Ujian itu berupa rasa takut, kelaparan, dan kekurangan harta karena kesulitan dalam mendapatkannya atau hilang sama sekali. Bahkan ujian jiwa berupa kematian dan sedikitnya hasil panen atau rusak,” tutur Direktur Ma’had Umar bin Khattab ini.
”Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar dalam menghadapi masalah ini,” tandasnya.
Dua Senjata
Lantas Mahsun Djayadi mengupas kiat menghadapi masalah kehidupan. Pertama, sabar.
”Sabar secara bahasa berarti al-habsu yaitu menahan diri. Sedangkan secara istilah syar’i, sabar adalah menahan diri dalam tiga perkara : (1) ketaatan kepada Allah, (2) hal-hal yang diharamkan, (3) takdir Allah yang dirasa pahit (musibah),” katanya.
Dia menambahkan, sabar menurut Prof. Hamka adalah suatu sikap dari jiwa yang besar dan terlatih, yang akan diperoleh dengan jalan mengendalikan diri, tabah dalam menghadapi segala ujian, dengan disertai bersyukur kepada Allahdan memegang teguh ketakwaan.
Sedangkan menurut Prof. Quraish Shihab adalah keberhasilan menahan gejolak hati demi mencapai sesuatu yang baik dengan jalan mensucikan Tuhan.
”Jadi hakikat sabar adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan emosi agar mampu bertahan dalam kebaikan dan keburukan,” tandasnya.
Kedua, syukur. Kata syukur berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata syakaro-yasykuru-syukron. Artinya, pujian kepada pemberi kebaikan. Maka bersyukur adalah mengucapkan atau mengungkapkan rasa terima kasih kepada Allah atas nikmat hidup yang telah diberikan.
Contoh nikmat sehat, nikmat harta, nikmat keluarga, nikmat makan, nikmat tidur dan nikmat yang paling besar adalah nikmat iman dan nikmat Islam.
Hadits riwayat Ahmad dan an-Nasaa’i menceritakan Nabi saw berkata, orang yang paling banyak mendapat cobaan adalah para nabi, kemudian yang semisalnya kemudian yang setelahnya. Seorang diberi bala’ (ujian) sesuai dengan kualitas agamanya. Apabila agamanya kuat maka semakin besar ujiannya dan bila agamanya lemah maka diuji sesuai dengan ukuran agamanya. Ujian menimpa seorang hamba hingga dibiarkan berjalan di atas bumi tanpa ada dosa sama sekali.
”Akhirnya terpulang kepada kita yang memilih, bagaimana cara menghadapi permasalahan dalam kehidupan ini. Jika dengan sabar dan syukur kita hadapi semua masalah ini, maka secara ilmu apapun yang sudah diteliti, kita akan mendapatkan kebahagiaan, oleh karena dapat menerima keadaan dan kejadian yang kita alami setiap waktu,” kata Mahsun menerangkan kiat menghadapi masalah.
Jadi, sambung dia, masalah hakekat kehidupan. Jika tidak ada masalah berarti kita sudah mati. Mau hidup? Hadapilah masalah dengan bersabar dan bersyukur.
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto