PWMU.CO – Dalam beberapa hari terakhir, ada fenomena yang mengkhawatirkan dalam kehidupan umat Islam di Indonesia. Ketika ada orang, apalagi tokoh, yang kurang fasih atau keliru dalam mengucapkan istilah Arab, dijadikan bahan tertawaan. Bahkan ada pula yang menjadikannya sebagai bahan olok-olokan dengan menambahi berbagai asesoris yang membuatnya semakin dramatis.
“Jika ada bacaan yang kurang fasih atau salah mengucapkan lafal Arab, tidak seharusnya dijadikan bahan olok-olok,” tegas Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Yunahar Ilyas, (1/3). Singkat kata, menertawakan atau bahkan mengolok-olok orang yang sudah berusaha berbuat baik, bukanlah akhlak yang baik bagi seorang Muslim.
(Baca juga: Yunahar Ilyas: Islam Tertawa yang Bedakan Islam Indonesia dengan Timur Tengah)
Dalam pandangan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini, kekurangfasihan itu seharusnya dilihat sebagai sebuah proses. Jika saat ini belum fasih, bukan sesuatu yang mustahil pada masa mendatang akan bisa melafalkannya dengan fasih. “Kalau sering dilafalkan, lama-lama bacaan tersebut akan fasih juga.”
Guru Besar Ilmu Al-Quran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini menyadari jika tingkat kefasihan umat Muslim Indonesia memang sangat beragam. Karena itu, seyogyanya sesama umat Islam saling menghargai.
(Baca juga: Yunahar Ilyas: Inilah Empat Syarat Dakwah yang Ramah)
Termasuk kepada orang yang mengalami kekeliruan atau kekurangfasihan dalam mengucapkan lafal berbahasa Arab ketika memberi sambutan atau berceramah.
Bukankah dakwah memang seharusnya tidak mengolok dan memaki? (kholid)