Muktamar dan Momentum Regenerasi Pimpinan Muhammadiyah; Kolom oleh Azaki Khoirudin, Anggota Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah.
PWMU.CO – Sebentar lagi Muhammadiyah akan menghelat Muktamar Ke-48 pada 18-20 November 2022 di Surakarta. Isu regenerasi menjadi penting karena Muhammadiyah mengadapi tantangan bonus demografi.
Karena seluruh lini kehidupan akan dipegang oleh kelompok usia produktif, maka pelibatan kaum muda usia itu dalam kepemimpinan Muhammadiyah dirasa mendesak.
Muktamar ke-48 ini menjadi momentum penting bagi Muhammadiyah untuk melakukan regenerasi kepemimpinan. Kabarnya kini Panitia Pemilihan Pusat (Panlihpus) telah menjaring 94 bakal calon (balon) anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah. Masalahnya nama-nama “94 balon” ini masih dirahasiakan. Baru diumumkan ketika sudah disahkan dalam Sidang Tanwir Pra-Muktamar untuk dipilih menjadi 39 calon tetap.
Idealnya 94 nama balon itu dipublikasikan terlebih dahulu, sehingga profil dan nama calon-calon baru diketahui oleh peserta muktamar. Jika menjelang pemilihan baru diumumkan, maka tidak ada cukup waktu untuk mengenal nama-nama baru. Akibatnya, sulit memunculkan figur-figur baru, sehingga yang terpilih 39 adalah nama-nama lama. Dari 39 calon itu, akan dipilih lagi oleh anggota muktamar menjadi 13 anggota PP Muhammadiyah terpilih.
Sebelumnya, Muktamar Ke-47 Muhammadiyah di Makassar 2015 telah menghasilkan 13 anggota Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Kemudian menambah empat anggota tambahan, sehingga total menjadi 17 pimpinan.
Di antara pimpinan pusat tersebut tiga orang wafat. Yaitu Prof Dr HYunahar Ilyas Lc MAg;Prof Dr H Suyatno MPd; dan Prof Dr Bahtiar Effendy. Wafatnya tiga tokoh ini memberi peluang munculnya kaum muda sebagai figur untuk masuk di PP Muhammadiyah.
Saat ini jumlah Anggota PP Muhammadiyah sebanyak 14 orang. Yaitu: Prof Dr Haedar Nashir MSi (64 tahun); Drs A. Dahlan Rais MHum (71 tahun); Dr M. Busyro Muqoddas MH (70 tahun); DrAnwar Abbas MM MAg (67 tahun); Prof Dr Muhadjir Effendy M AP (66); Prof Dr H Syafiq A Mughni (68 tahun).
Lalu Prof Dr Dadang Kahmad MSi (70 tahun); Drs HM Goodwill Zubir (60 tahun); Drs Hajriyanto Y. Thohari MA (62 tahun); DrNoordjannah Djohantini MM MSi (64 tahun); Prof Dr H Abdul Mu’ti MEd (54 tahun); Dr H Agung Danarto MAg (54 tahun); dr Agus Taufiqurrohman Mkes SpS; dan Drs H. Marpuji Ali MSi (71 tahun).
Tiga Kluster
Berdasarkan data tersebut, dapat dipetakakan tiga kluster usia Anggota PP. Muhammadiyah saat Muktamar Ke-48 Surakarta. Pertama, generasi usia 70-an tahun, yang terdiri dari: Drs HA. Dahlan Rais MHum (71 tahun): Dr HM Busyro Muqoddas SH MH (70 tahun), Prof Dr H Dadang Kahmad MSi (70 tahun): dan Marpuji Ali MSi (71 tahun).
Kedua, generasi usia 60-an tahun: Prof Dr Haedar Nashir MSi (64 tahun) Dr Anwar AbbasMM MAg (67 tahun), Prof DrMuhadjir Effendy MAP (66 tahun): Prof Dr Syafiq A. Mughni (68 tahun); Dr Noordjannah Djohantini MM MSi (64 tahun); Drs M. Goodwill Zubir (60 tahun); dan Drs Hajriyanto Y. Thohari, MA (62 tahun).
Ketiga, generasi usia 50-an tahun: Prof Dr H Abdul Mu’ti MEd (54 tahun); Dr H Agung Danarto M Ag (54 tahun); dan dr H Agus Taufiqurrohman MKes SpS.
Kluster ketiga ini relatif muda, tetapi minoritas. Jika anggota PP Muhammadiyah terpilih semua lagi, maka kecenderungan Muktamar ke-48 masih didominasi generasi usia 60-an dan 70-an tahun.
Dalam tradisi Muhammadiyah, jika para pimpinan senior masih bersedia dicalonkan dalammuktamar, hampir dipastikan akan selalu terpilih kembali. Ada faktor penting yang menjadikannya tidak terpilih lagi, yaitu kesehatan. Pemilih Muhammadiyah biasanya sangat peka terhadap hal ini.
Karenanya perlu pemihakan khusus pada generasi muda sebagai figur baru. Karena usia 40-50 masih kosong, maka strateginya dengan memaksimalkan anggota tambahan.
Usulan Nama
Jika pada Muktamar ke-47, 13 anggota PP Muhammadiyah ditambah empat orang, pada Muktamar Ke-48 Muhammadiyah mendatang jumlah tambahan bisa dimaksimalkan enam orang. Dengan demikian, jumlah Anggota PP Muhammadiyah sebanyak 19 orang terdiri dari 10 pimpinan senior dan 9 pimpinan muda.
Karena sudah ada tiga anggota PP Muhammadiyah usia 50-an, maka hal yang perlu dipastikan, yaitu 6 tambahan (kalau bisa terpilih) 13 PP Muhammadiyah harus generasi muda dengan usia 40-50-an. Seperti: Rahmawati Husein PhD (57 tahun); Prof Hilman Latief PhD (47 tahun); Prof Zakiyuddin Baidhawy MAg (50 tahun), Muhammad Sayuti PhD (51 tahun); Dr Ma’mun Murod (49 tahun), Fajar Riza Ul Haq MA (tahun 43), Bachtiar Dwi Kurniawan SfilI MPA, Arif Jamali Muis, Jamaluddin Ahmad, Alpha Amirrachman PhD (52 tahun), Agus Syamsuddin (59 tahun), dan Dr Amirsyah Tambunan (59 tahun).
Tujuannya tak lain dalam rangka regenerasi pimpinan Muhammadiyah, bukan bermaksud meragukan kapasitas usia kaum senior. Kaum senior tetap memiliki posisi penting sebagai penjaga nilai-nilai sekaligus sebagai mentor untuk kaum muda. Kolaborasi-kombinasi kaum senior dan kaum muda ini sebaiknya juga dilakukan tidak hanya pimpinan pusat, tetapi pimpinan wilayah, daerah, cabang, hingga ranting.
Era bonus demografi diperkirakan tahun 2030-an. Jangan sampai bonus itu tidak dimanfaatkan. Sekarang tren pemimpin muda sudah mulai muncul. Ada bupati muda, kepala desa muda, menteri muda, politisi muda, hingga pemimpin-pemimpin perusahaan muda.
Jika kembali ke spirit awal, berdirinya Muhammadiyah 1912 tidak dapat dipisahkan dengan pemuda yang menjadi murid KH Ahmad Dahlan. Mereka itu adalah pemuda-pamuda yang di hari tuanya bernama Haji Syarkawi, Haji Abdulgani, Haji M. Syudja’ Haji Hisyam, Haji M. Fachrodin, dan Haji Tamim.
Dengan demikian, tradisi kolaborasi antara generasi tua dengan pelibatan kaum muda di struktur Muhammadiyah dari pusat hingga ranting harus dirawat agar tidak terjadi devisit kader. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni