PWMU.CO– Tiga fondasi membangun kebersamaan gerakan Muhammadiyah dikupas oleh Mahsun Djayadi dalam Ngaji Reboan bertempat di Masjid al-Furqon PCM Pakal Surabaya, Rabu (28/9/2022) bakda Isya.
Membuka pengajian Mahsun Djayadi yang dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya menyampaikan ayat 103 surat Ali Imran.
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا
Berpeganglah kamu kepada tali (agama) Allah secara bersama-sama, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara.
”Kata kunci dari ayat tersebut adalah jamii’an (bersama-sama) dan wa laa tafarraqu (jangan bercerai-berai),” kata Direktur Ma’had Umar bin Khattab Surabaya.
Mahsun Djayadi menjelaskan, kebersamaan adalah sifat kodrati (fithrah) manusia yang sudah ditetapkan oleh Allah swt terhadap umat manusia di dunia ini.
Kata kebersamaan memiliki makna sebuah ikatan yang terbentuk karena adanya rasa kekeluargaan/persaudaraan, adanya tekad bekerjasama atau hubungan profesional.
Dalam berorganisasi terjadi keragaman dalam berpikir yang harus dikelola dengan baik sampai menghasilkan titik temu yang sangat elegan. Titik temu itu harus disepakati bersama.
”Orang berorganisasi dipersatukan dalam kebersamaan ideologi, visi misi, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta adanya pimpinan.
Kata kebersamaan memiliki makna sebuah ikatan yang terbentuk karena asas persaudaraan. Persyarikatan Muhammadiyah adalah salah satu organisasi yang menjunjung tinggi kolektivitas dan kebersamaan.
Tiga Fondasi Membangun Kebersamaan
Tiga fondasi membangun kebersamaan dalam gerakan Muhammadiyah menurut Mahsun Djayadi adalah pertama, membangun kesadaran pentingnya kestabilan ruhaniyah.
Dia menerangkan, secara teologis manusia yang memiliki jiwa yang lembut. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali imran ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepadaNya.
Kedua, membangun kesadaran kultural. Secara kultural kita ini makhluk yang beragam. Keragaman tidak boleh menjadi alasan untuk berpecah belah, tetapi dijadikan energi positif membangun kebersamaan. Pahami surat al-Hujurat ayat 13.
Kebersamaan memiliki empat unsur yang harus diciptakan dan dijaga oleh setiap individu. Yaitu sehati dan searah dalam berpikir (satu visi), tidak egois (ananiyah), rendah hati, dan rela berkorban.
Ketiga, mengokohkan ukhuwah islamiyah. Firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 10.
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Perbaikilah hubungan antara kedua saudaramu itu dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mendapat rahmat.
Dia menuturkan, Muhammadiyah menjunjung tinggi nilai ukhuwah islamiyah ini sebagaimana tercantum dalam naskah Kepribadian Muhammadiyah.
”Dari tiga fondasi tersebut bisa disimpulkan bahwa berkhidmat di persyarikatan Muhammadiyah itu harus stabil emosinya, ojo ngamukan, ojo mutungan, dan selalu menjaga kebersamaan.
Amal Usaha
Dia menjelaskan, mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) itu bukti kebersamaan kader. Dijelaskan, Amal Usaha terdiri dari dari dua kata yaitu ’Amal’ mengindikasikan adanya unsur kejujuran, nilai ibadah, dan keikhlasan.
Sedangkan ’Usaha’ mengindikasikan adanya kerja keras, usaha maksimal, tidak kenal lelah, dan profesionalitas.
Amal Usaha Muhammadiyah bisa bermacam-macam bentuknya, seperti masjid, mushalla, sekolah, panti asuhan, taman pustaka, baitul maal wattamwil, badan usaha milik persyarikatan, mitigasi kebencanaan, Lazismu, dan lain-lain.
Pilihan pembentukan amal usaha harus didasarkan atas survei kebutuhan masyarakat setempat yang bisa jadi kemudian meluas secara regional maupun nasional.
”Amal usaha dibentuk sebagai wadah kegiatan mewujudkan maksud dan tujuan persyarikatan. Apapun pilihan untuk membangun dan mewujudkan berdirinya Amal Usaha harus dilakukan dengan nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, ibadah, keikhlasan, kerja keras, usaha maksimal, tidak kenal lelah, dan profesionalitas,” tandasnya.
Penulis Jahja Sholahuddin Editor Sugeng Purwanto