Raja Juli di Unisa: Perempuan Harus Maju dan Terdidik. Liputan Kontributor PWMU.CO, Hilal Fathurrahman
PWMU.CO – Raja Juli Antoni PhD, Wakil Menteri Agraria dan Tata Ruang (Wamen ATR) Republik Indonesia, memberikan kuliah kebangsaan kepada 2300 mahasiswa baru, di Gedung Siti Bariyah Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Selasa (27/9/2022).
Sebelum memberikan kuliah kebangsaan, Rektor Unisa, Warsiti SKp MKp SpMat, dalam sambutannya mengaku senang dan tak lupa menghaturkan terima kasih kepada Wakil Menteri yang juga kader Muhammadiyah itu.
“Masa Taaruf merupakan agenda penting dan gerbong awal bagaimana mahasiswa mengenal dan beradaptasi dengan kampus. Karena itu, terima kasih banyak kepada Bapak Wamen, insya Allah kehadirannya membawa semangat bagi para mahasiswa,” ungkap Warsiti dalam sambutannya.
Acara dilanjutkan dengan Wamen Raja Juli Antoni memberikan kuliahnya. Dalam mengawali kuliah tersebut, Raja menyinggung masih adanya negara yang tidak menghargai perempuan.
“Kita lihat, masih ada negara yang tidak memperbolehkan perempuan untuk berpendidikan, tidak boleh menyetir, dan tidak boleh berkendara,” ucap Raja.
Kesetaraan Perempuan adalah Hasil Perjuangan
Maka dari itu, bagi Raja, kenikmatan kesetaraan laki-laki dan perempuan di Indonesia jangan dilihat secara biasa-biasa saja. Dan Aisyiyah telah berjuang sejak lama dalam memperjuangkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan.
“Kenikmatan itu tidak taken for granted. Ini adalah perjuangan panjang yang salah satunya diperjuangkan oleh Aisyiyah, bahkan sejak sebelum kemerdekaan. Maka dari itu, kita harus meneruskan perjuangan guru-guru kita. Perempuan harus maju dan terdidik seperti Siti Munjiah,” tegas Raja.
Raja berpesan kepada mahasiswa baru supaya supaya banyak membaca, berdiskusi dan menulis. Menurut Raja, budaya literasi di Indonesia ini masih sangat rendah. Itulah yang kadang membuat kita tidak paham fenomena.
“Daya kritis kita sangat rendah. Kenapa? Karena tidak biasa membaca. Kita bisa lihat banyak dari kita yang baca berita hanya judulnya saja. Sangat malas untuk membaca secara utuh,” katanya.
Raja melanjutkan, banyak orang Indonesia yang pintar, tapi tidak artikulatif karena tidak dibiasakan berdiskusi. Yang lebih sulit lagi adalah membiasakan untuk menulis.
“Adik-adik perbanyak diskusi supaya ada pertukaran pengetahuan. Lalu, supaya kita ingat apa yang telah kita baca dan diskusikan, tulislah!” tutup Raja. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni