PWMU.CO – Berpakaian seragam sekolah: putih dan abu-abu, lengkap dengan jaket almamater berwarna biru, 20 siswa berbaris rapi membentuk dua baris berhadapan.
Selain mereka, ada dua siswa lagi yang ikut bersama. Tapi, keduanya—Fadia Azzahra dan Abdullah Hakam, kelas XII MIA—berpakaian berbeda: memakai pakaian adat Jawa berwarna hitam. Di dadanya ada selempang bertuliskan Duta Karakter SMAM 5 Dukun.
Begitu kami bertiga memasuki gerbang itu, spontan mereka menyambut dengan nyanyian rancak tanpa iringan alat musik. Hanya tapukan tangan yang mengiringinya.
Selamat datang Bapak
selamat datang Ibu
selamat datang kami ucapkan (dua kali)
salam-salam
terimalah salam dari kami yang ingin maju bersama-sama (dua kali)
di sini Smala
di sini Smala
ini Sekolah Keberbakatan
kebanggaan kita
kepunyaan kita
semoga bisa jadi juara
SMAM 5 itu hebat, SMAM 5 itu unggul, SMAM 5 itu cerdas berprestasi (dua kali).
Mendapat ‘wow’ (surprise yang membuat kamu bilang ‘wow’) itu, kami membalasanya dengan hangat. Kami tebarkan senyum sepanjang penyambutan, lalu kami melambaikan tangan saat lagu tersebut usai dinyanyikan.
Kemudian saya, yang diikuti anggota juri lainnya, menyalami mereka satu per satu—pada siswi cukup jabatan tangan jarak jauh.
Inilah ‘wow’ pertama saat kami bertiga—saya dan Mardliyatul Faizun (Majelis Dikdasmen) dan Pressa Surya Perdana ST MT (MLH)—menginjakkan kaki di halaman SMA Muhammadiyah 5 (SMAM 5 atau Smala) Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Selasa (27/9/2022).
Kami hadir pagi itu untuk menjadi juri Lomba Lingkungan Sekolah Muhammadiyah Sehat (LLSMS). Sejak Senin, 5 Oktober 2022, lomba ini digelar. Ada 79 sekolah dan madrasah se-Kabupaten Gresik yang harus kami datangi secara bergantian.
LLSMS digelar oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik dengan menggandeng Majelis Linkungan Hidup (MLH) PDM Gresik. Dan Selasa itu giliran kami bertandang ke SMAM 5 Dukun.
Selain 22 siswa di atas, Kepala SMAM 5 Dukun Agus Muhammad Hasbi SP ikut menyambut kami. Dia didampingi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Zainul Arifin MPd.
QR Code untuk Tanaman
Begitu diajak masuk ke selasar kantor sekolah, kami berucap ‘wow’ kedua. Tembok sekolah tampak baru dicat. Baunya masih terasa. Ini menandakan sekolah serius mengikuti lomba.
Warna biru laut membuat gedung itu tampak rapi, bersih, dan indah. Dan yang bikin ‘wow’ berbagai tanaman hias terpajang di dinding dan di lantai selasar.
Spontan saya berkomentar, “Sayang tanaman ini tidak diberi nama di potnya.”
Baru selesai berucap, seorang guru biologi yang masih muda bernama Terry Angria Putri Perdana, langsung menanggapi komentar saya.
“Loh sudah ada Pak,” jawabnya sambil mengajak kami menuju halaman sekolah yang di sekelilingnya ada berbagai tanaman dalam pot, di samping beberapa pohon besar.
“Itu Pak,” katanya sambil menunjuk sebuah kertas bergambar abstrak yang tertanam di pot besar berisi tanaman Pucuk Merah.
“Kita sudah memakai QR code Pak untuk identifikasi tanaman. Bisa dicoba Pak!” ujarnya sambil menginformasikan jika program ini baru dimulai awal September 2022.
Saya pun langsung berucap ‘wow’ untuk kali ketiga sembari langsung mencoba memotret QR code itu dengan kamera Google di smartphone saya. Maka keluarlah foto seperti di bawah ini.
Proyek Digitalisasi
Terry menjelaskan, saat ini sudah ada tujuh tanaman yang diberi QR code. Yaitu: Pucuk Merah (Syzygium myrtifolium), Lidah Buaya (Aloe vera), Jahe (Zingiber officinale), Kunyit (Curcuma longa), Lengkuas (Alpinia galanga), Mangga (Mangifera indica), dan Sukun (Artocarpus communis).
“Program QR code untuk 98 jenis tanaman lainnya akan dilanjutkan anak-anak kelas X sebagai proyek dengan tema Lingkungan Hidup Berkelanjutan,” terangnya.
Kegiatan yang akan dimulai pada pekan pertama Okober 2022 itu sekaligus menjadi salah satu langkah digitalisasi sekolah, yakni digitalisasi informasi, termasuk nanti merambah perpustakaan.
Menurut dia, ada beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam proyek ini. Yakni membuat inventarisasi dan pembuatan QR code tanaman sekolah, pemilahan dan pengolahan sampah menjadi kompos dan ecobrick (bata ramah lingkungan terbuat dari botol plastik yang diisi sampah plastik dengan padat).
Dia menyampaikan, dengan QR code—sesuai dengan namanya, quick response (QR)—informasi tanaman mulai dari nama ilmiah hingga berbagai manfaatnya dapat diakses oleh masyarakat sekolah dengan lebih cepat.
“Apalagi sekarang siswa sudah diperbolehkan membawa ponsel dan ada akses wifi sekolah. QR code juga mampu menyajikan banyak informasi tanpa butuh space dan media tulis besar yang dapat menutupi sebagian besar tubuh tanaman,” ujarnya.
Terry menerangkan dengan QR code, tidak perlu lagi nama tanaman ditulis di pot atau di pohon.
“Tulisan Latin dan Indonesianya sudah bisa diakses di QR codenya. Lengkap dengan informasi manfaat tanaman juga. Jika ditulis ulang dalam bentuk fisik, jadi kurang praktis, informasi ganda, dan butuh ruang lebih, apalagi untuk tanaman semak yang berukuran kecil. Jadi mengurangi estetika dari taman juga,” dia berargumen.
Terry lalu membagikan cara membuat QR code pada koleksi tanaman sekolah.
- Membuat informasi tanaman dengan paint, lalu disimpan dalam bentuk gambar (JPG).
- Gambar kemudian di-upload di Google Drive.
- Link file Google Drive gambar disalin.
- Membuat QR code dengan website www.qrcode-monkey.com. Link file Google Drive yang sebelumnya telah disalin kemudian ditempel di website tersebut.
- Hasil QR code di-download dan dicetak.
Keberbakatan dan Karakter
Kepala SMAM 5 Dukun Agus Muhammad Hasbi SP mengatakan, sambutan yang dilakukan oleh para siswanya di atas adalah bagian dari branding sebagai Sekolah Karakter. Sebelumnya sekolah ini juga memiliki branding Sekolah Keberbakatan.
“Keduanya kita angkat,” katanya.
Sekolah Keberbakatan diwujudkan dengan adanya Passion Class yang kegiatannya dilakukan setelah jam pelajaran selesai. Ada Tataboga, Kesehatan, Dekorasi dan Pengelasan, Digital Content, Seni Rupa, dan Handy Craft.
“Fungsinya untuk membekali anak setelah lulus SMA. Sebab di SMAM 5 Dukun, 70 persen lulusannya tidak melanjut kuliah dan memilih bekerja atau wirausaha,” ujarnya.
Saya dan Pak Pressa pun sempat menikmati ‘Susu Lumut’ hasil karya Passion Class Tataboga yang dijual di koperasi sekolah. Minuman tersebut terbuat dari agar-agar rumpul laut dengan susu kedelai.
Agus melanjutkan, sebagai salah satu langkah menanamkan karakter siswa SMAM 5 Dukun mengajak siswa membuat pernyataan untuk sanggup dan bersedia, sebagai berikut:
- Masuk sekolah tepat waktu (06.45 WIB)
- Berpakaian rapi mulai topi, dasi, ikat pinggang, dan sepatu
- Sanggup mentaati dan mematuhi semua peraturan dan tata tertib sekolah
- Belajar dengan sungguh-sungguh, tekun, dan penuh semangat
- Tidak mencontek dan berperilaku curang waktu ujian
- Sanggup mengikuti kegiatan sekolah dengan aktif
- Akan menjaga nama baik diri sendiri, keluarga, dan sekolah
- Menghormati guru dan karyawan
- Berperilaku baik, sopan, dan berakhlak mulia
- Memiliki sifat jujur dan tanggung jawab
- Membiasakan budaya 4S (senyum, sapa, salam, salaman)
- Tidak mengambil/merusak barang milik sekolah atau teman
Apabila tidak mentaati ketentuan yang sudah disepakati, siap menerima sanksi yang sudah ditetapkan.
Pernyataan Siswa Berkarakter itu dicetak dan dipasang di salah satu sudut sekolah. Tampak di sisi lainnya, tembok area parkir berhias gambar dan tulisan grafitti. “Ini karya Passion Class Dekorasi dan Pengelasan,” kata Agus.
Selalu ada yang unik dan menarik di sekolah dan madrasah Muhammadiyah Kabupaten Gresik ini membuat kami bersemangat saat mendapat jadwal kunjungan, meskipun harus meninggalkan kerjaan di kantor dan redaksi PWMU.CO. Di SMAM 5 Dukun yang seharusnya hanya sampai pukul 10.30 harus molor hingga pukul 12.00.
Padahal di hari itu masih ada jadwal kunjungan ke MI Muhammadiyah Mentaras Dukun. Dan kami pun tetap dag-dig-dug, ada wow apa ya di sana!
Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO.