Tim Bayangan Menteri Nadiem oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan.
PWMU.CO– Menteri Nadiem Makarim boleh saja berbangga diri mendapat aplaus saat berbicara di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Transforming Education di markas PBB pekan lalu. Namun kinerja memajukan pendidikan di Indonesia banyak pihak yang tak puas.
Apalagi dia menyebut telah merekrut 400 orang sebagai shadow organization untuk membantu pembuatan kebijakan kementeriannya. Keberadaan 400 orang tim bayangan itu mengejutkan karena di luar kelaziman kementerian.
Klarifikasi dia ternyata tidak menjawab solusi. Hanya sekadar menjelaskan tugas 400 personal itu membantu berbagai direktorat. Ini terlalu mengada-ada. Apalagi berkonsekuensi kepada kinerja dan budgeting. Maka pemakaian anggaran Kemendikbud untuk organisasi bayangan itu harus segera diaudit.
Hampir tidak ada cerita bagus dari kerja menteri yang pengusaha ojek online ini. Kata anggota DPR kerjanya cuma bikin gaduh. Pembina APTISI Marzuki Ali saat mengomentari RUU Sisdiknas menyatakan, Nadiem Makarim itu mengkhianati dosen dan guru.
Dengan membuang agama pada Road Map Visi Pendidikan 2035 ia mengkhianati umat beragama. Saat mengeluarkan Permen No. 30 tahun 2021 soal kekerasan seksual, Nadiem Makarim mengkhianati mahasiswa dan perguruan tinggi.
Kondisi Sekolah
Kondisi sekolah kita kini sangat parah. Tahun 2018/2019 total ruang kelas rusak dari SD, SMP, SMA dan SMK berjumlah 969.817 ruang kelas. Tahun 2019/2020 di masa Nadiem bertambah 26 % menjadi 1.222.064 ruang kelas yang rusak.
Bahkan data Kemendikbud kini, ruang kelas yang baik hanya 14% dari total 1.413.523 ruang. Dahsyat sekali. Lalu apa kerja Menteri Dikbud ?
HU Pikiran Rakyat tanggal 28 September 2022 membuat judul berita head line-nya Sampai Kapan Mereka Belajar di Tenda?
Dengan seenaknya menambah 400 personal shadow organization, maka Nadiem keterlaluan. Ia tidak mampu memilih prioritas program dan pembiayaan. Memilih pemborosan dan korupsi ketimbang konstruksi.
Kampus merdeka dan merdeka belajar bukan berarti Nadiem yang baru belajar mengurus pendidikan menjadi merdeka semau-maunya. Ini pendidikan tentang masa depan bukan ojek online yang mencari keuntungan untuk saat ini.
Benar kata Nabi. Jika urusan diserahkan bukan pada ahlinya tunggu saat kehancurannya. Gak Menteri, gak Presiden. (*)
Bandung, 29 September 2022
Editor Sugeng Purwanto